Kamis, 20 Februari 2025

ISRA MIKRAJ

 


https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7751541/50-ucapan-isra-miraj-2025-1446-hijriah-bahasa-indonesia-inggris

Pada tulisan kali ini, saya akan membahas tentang Isra Mikraj. Lebih tepatnya mengkaji makna yang terkandung dari peristiwa Isra Mikraj. Seperti biasa, kita harus mengetahui definisi dari Isra Mikraj terlebih dahulu.  

Definisi Isra Mikraj menurut sumber Wikipedia adalah: Isra Mikraj (bahasa Arabالإسراء والمعراج, translit. al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa sangat penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Menurut tulisan Ihsan Faisal, Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mikraj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Saya akan menguraikan makna-makna yang terkandung di dalam peristiwa Isra Mikraj, berdasarkan beberapa sumber yang ditemukan. Dalam mengkaji makna peristiwa Isra Mikraj ada empat kitab sebagai dasar atau patokannya yaitu: 1) Kitab Al-Dardir Baynama Qissat Al-Mi’raj dengan penulis Syekh Najmudin Al-Ghaiti; 2) Kitab Risalah Latifah fi Bayan Al-Isra wa’ al-Mi’raj dengan penulis Syekh Abdussamad Al-Falimbani; 3) Kitab Kifayah Al-Muhtaj fi Bayan al-Isra’ wa al Mi’raj dengan penulis Syekh Daud Al-Patani; 4) Kitab Al-Isra Ila al Maqam Al-Asra dengan penulis Syekh al Akbar Ibnu Arabi. Silakan para pembaca mencari dan memahami kitab-kitab itu, bagi para santri yang berasal dari pondok pesantren akan mengenal semua isi dari kitab-kitab tersebut.

Saya mengutip salah satu ayat dari Al-Quran tentang peristiwa Isra Mikraj, yaitu Surat Al-Isra ayat pertama. Artinya: “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Peristiwa Isra Mikraj merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW. Mukjizat adalah sebuah peristiwa luar biasa yang di alami oleh para Nabi dan Rasul. Mukjizat merupakan peristiwa yang berada di luar logika (di luar jangkauan akal) manusia karena Allah yang memberikannya. Secara logika, tidak mungkin Nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian naik ke langit ke-7 dalam waktu semalam. Namun, tidak usah heran, karena yang namanya mukjizat hanya dapat terjadi karena Allah menunjukkan peran-Nya.  

Berdasarkan ilmu pengetahuan dan sumber yang didapatkan, saya akan menguraikan makna dari peristiwa Isra Mikraj yang wajib diketahui khususnya oleh para pemuda, selain perintah salat lima waktu. Makna dari peritiwa isra Mikraj adalah:

1.     Keterbatasan manusia dan kekuasaan Allah SWT

2.     Amanah manusia dan kehambaan

3.     Bekal perjalanan menuju Allah SWT

4.     Kesadaran mistik dan kesadaran profetik

5.     Menjalani hidup secara visioner dan aspiratif

Mari kita pahami secara mendetail makna-makna di atas. Pertama makna yaitu keterbatasan manusia dan kekuasaan Allah SWT. Isra Mikraj dapat menyadarkan kita sebagai manusia adalah makhluk lemah dan memiliki banyak keterbatasan, baik itu keterbatasan secara fisik maupun psikis. Sebagai manusia biasa Nabi Muhammad tidak mungkin melakukan Isra Mikraj dalam satu malam, namun Allah yang memperjalankannya (sesuai dengan QS. Al-Isra ayat 1) sehingga hal itu menjadi sangat mungkin terjadi. Orang bijak berkata “Orang yang mengenali batasan dirinya sendiri adalah orang yang akan bahagia dalam kehidupannya.”

Makna yang kedua yaitu amanah manusia dan kehambaan. Dalam peristiwa Isra Mikraj ada simbol yang harus dibaca dengan logika atau akal. Maka muncul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad tidak langsung dinaikkan ke langit ketujuh, namun harus singgah dulu ke Masjid Aqsa? Jawabannya karena tugas manusia adalah menunaikan kemanusiaan dan kehambaan. Sebelum naik ke langit ketujuh, Nabi Muhammad di perjalankan secara horizontal dari masjid Haram ke masjid Aqsa sebagai tanda bahwa manusia wajib menuntaskan urusan kemanusiaan di dunia, dan setelahnya Nabi Muhammad diperjalankan secara vertikal menuju Allah SWT untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba. Kesimpulannya, setiap manusia harus membereskan terlebih dahulu urusan dunianya sebelum membereskan urusan akhiratnya. Jangan terbalik membereskan urusan akhirat demi mencapai kesuksesan urusan dunia.

Makna yang ketiga adalah bekal perjalanan menuju Allah SWT. Kita harus berpegang teguh pada kalimat “Innalillahi Wainna Ilaihi Roji’un,” yang artinya dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Bagaimanakah perjalanan kembali menuju Allah? Kita bahas dengan peristiwa Isra Mikraj.

Di langit pertama Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Mengapa Nabi Adam? Nabi Adam adalah nabi pertama yang langsung mendapat pengajaran tentang isi dunia dari Allah SWT. Hal ini memiliki simbol bahwa manusia harus mengetahui: Kita ini siapa? Berasal dari mana dan hendak ke mana? Atau dengan kata lain, sebagai manusia, kita harus mempunyai visi dan tujuan dalam menjalankan hidup ini.

Di langit kedua, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Mengapa harus Nabi Yahya dan Nabi Isa? Seperti yang kita pahami bahwa mereka adalah nabi yang meninggal di usia muda. Kedua nabi ini memiliki semangat dan ambisi yang kuat dalam menjalankan semua perintah dari Allah SWT. Selain itu, mereka sanggup mengorbankan jiwa raga termasuk nyawanya demi kepatuhan memegang ajaran yang diberikan oleh Allah SWT. Pada langit ketiga, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yusuf. Dari silsilah Nabi Yusuf, kita mengetahui bahwa ia adalah orang yang suka bekerja keras, pantang menyerah, dan tidak putus asa. Sehingga apapun ujian yang diberikan Allah SWT padanya, ia terima dengan ikhlas.

Pada langit keempat, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Idris. Nabi Idris adalah Nabi yang paling cerdas dan pintar. Sejumlah sumber mengatakan bahwa Nabi Idris adalah filsuf pertama yang ada di dunia. Nabi Idris menyimbolkan kecerdasan dalam mendayagunakan akal dan budi. Di langit kelima, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Harun. Nabi Harun adalah nabi yang menemani Nabi Musa dalam menjalankan misi dakwah pada umatnya. Nabi Harun adalah orang yang pandai beretorika, berkomunikasi, serta berbagi kepada seluruh umatnya.

Pada langit keenam, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa adalah nabi yang paling berani, tangguh, dan sangat peduli terhadap kaum lemah yang tertindas. Nabi Musa yang memprovokasi kepada Nabi Muhammad, untuk menawar jumlah salat yang awalnya 50 waktu menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Dan yang terakhir adalah di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim. Ia menyimbolkan sifat tawakal, istiqomah, dan pasrah dengan segala keputusan yang diberikan Allah SWT. Hal ini, tergambarkan dengan keikhlasan untuk menyembelih putranya (Nabi Ismail) karena perintah Allah SWT. Itulah ringkasan dari makna isra Mikraj ketiga.

Makna yang keempat adalah kesadaran mistik dan kesadaran profetik. Rasulullah naik ke langit ketujuh sampai pada posisi berhadapan langsung dengan Allah SWT. Inilah puncak dari segala kenikmatan dan kebahagiaan manusia, yaitu bertemu langsung dengan Allah SWT. Namun, Nabi Muhammad tidak terlena dalam kebahagiaan dan kebersamaan dengan Allah, Ia rela turun kembali ke dunia demi kecintaan pada umatnya. Berbeda dengan para sufi, setelah berhasil bertemu dengan Allah SWT, mereka menikmati kebersamaan dan kebahagiaannya seorang diri, dan enggan untuk bergabung kembali dengan manusia lainnya di bumi. Itulah perbedaan mistik profetik antara Nabi dan Sufi.

Makna yang kelima adalah menjalani hidup secara visioner dan aspiratif. Upaya Nabi Musa dan Nabi Muhammad bernegosiasi kepada Allah tentang jumlah waktu salat, merupakan sikap yang visioner dan aspiratif. Bagi Rasulullah untuk melaksanakan salat wajib 50 waktu tidak bermasalah, namun bagi umat manusia lainnya sangat memberatkan hidup. Dengan memprediksi umat di akhir zaman yang lemah-lemah, maka Nabi Muhammad menyetujui argumentasi dari Nabi Musa untuk menawar (meminta pengurangan) jumlah waktu salat. Akhirnya, Allah memberikan keringanan kepada Nabi Muhammad untuk mewajibkan seluruh umatnya melaksanakan salat sebanyak 5 waktu dalam sehari semalam.

Itulah pembahasan makna dari peristiwa Isra Mikraj yang dapat saya tuliskan, untuk lebih jelasnya silakan Anda membaca keempat kitab di atas ataupun bertanya langsung kepada para ulama. Tulisan ini sebagai pengingat bagi saya pribadi, dan untuk memberikan wawasan kepada kaum muda dalam melakukan perjalanan menuju kembalinya kepada Allah SWT. Semoga kita mendapatkan kebahagiaan berjumpa dengan Allah SWT dengan tersenyum. Aamiin Yaa Rabbal A'lamiin. (EAS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SURAT CINTA FILSUF

  https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures                Cinta adalah anugerah   terindah yang diberikan oleh Sa...