Pada
tulisan kali ini, saya akan membahas tentang Isra Mikraj. Lebih tepatnya
mengkaji makna yang terkandung dari peristiwa Isra Mikraj. Seperti biasa, kita harus
mengetahui definisi dari Isra Mikraj terlebih dahulu.
Definisi
Isra Mikraj menurut sumber Wikipedia adalah: Isra Mikraj (bahasa Arab: الإسراء والمعراج, translit. al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam
saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa sangat penting bagi
umat Islam, karena pada peristiwa inilah
Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan salat lima
waktu sehari semalam.
Menurut
tulisan Ihsan Faisal, Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di
Makkah, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan
mayoritas ulama, Isra Mikraj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu
antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mikraj terjadi
pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.
Saya
akan menguraikan makna-makna yang terkandung di dalam peristiwa Isra Mikraj,
berdasarkan beberapa sumber yang ditemukan. Dalam mengkaji makna peristiwa Isra
Mikraj ada empat kitab sebagai dasar atau patokannya yaitu: 1) Kitab Al-Dardir Baynama
Qissat Al-Mi’raj dengan penulis Syekh Najmudin Al-Ghaiti; 2) Kitab Risalah Latifah
fi Bayan Al-Isra wa’ al-Mi’raj dengan penulis Syekh Abdussamad Al-Falimbani; 3)
Kitab Kifayah Al-Muhtaj fi Bayan al-Isra’ wa al Mi’raj dengan penulis Syekh
Daud Al-Patani; 4) Kitab Al-Isra Ila al Maqam Al-Asra dengan penulis Syekh al
Akbar Ibnu Arabi. Silakan para pembaca mencari dan memahami kitab-kitab itu, bagi
para santri yang berasal dari pondok pesantren akan mengenal semua isi dari
kitab-kitab tersebut.
Saya
mengutip salah satu ayat dari Al-Quran tentang peristiwa Isra Mikraj, yaitu
Surat Al-Isra ayat pertama. Artinya: “Mahasuci (Allah) yang telah
memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
Peristiwa
Isra Mikraj merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW. Mukjizat adalah
sebuah peristiwa luar biasa yang di alami oleh para Nabi dan Rasul. Mukjizat merupakan
peristiwa yang berada di luar logika (di luar jangkauan akal) manusia karena
Allah yang memberikannya. Secara logika, tidak mungkin Nabi Muhammad melakukan perjalanan
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian naik ke langit ke-7 dalam waktu
semalam. Namun, tidak usah heran, karena yang namanya mukjizat hanya dapat
terjadi karena Allah menunjukkan peran-Nya.
Berdasarkan
ilmu pengetahuan dan sumber yang didapatkan, saya akan menguraikan makna dari peristiwa
Isra Mikraj yang wajib diketahui khususnya oleh para pemuda, selain perintah salat
lima waktu. Makna dari peritiwa isra Mikraj adalah:
1.
Keterbatasan manusia
dan kekuasaan Allah SWT
2.
Amanah manusia
dan kehambaan
3.
Bekal perjalanan
menuju Allah SWT
4.
Kesadaran mistik
dan kesadaran profetik
5.
Menjalani hidup
secara visioner dan aspiratif
Mari
kita pahami secara mendetail makna-makna di atas. Pertama makna yaitu keterbatasan
manusia dan kekuasaan Allah SWT. Isra Mikraj dapat menyadarkan kita sebagai
manusia adalah makhluk lemah dan memiliki banyak keterbatasan, baik itu
keterbatasan secara fisik maupun psikis. Sebagai manusia biasa Nabi Muhammad
tidak mungkin melakukan Isra Mikraj dalam satu malam, namun Allah yang
memperjalankannya (sesuai dengan QS. Al-Isra ayat 1) sehingga hal itu menjadi sangat
mungkin terjadi. Orang bijak berkata “Orang yang mengenali batasan dirinya
sendiri adalah orang yang akan bahagia dalam kehidupannya.”
Makna
yang kedua yaitu amanah manusia dan kehambaan. Dalam peristiwa Isra Mikraj ada simbol
yang harus dibaca dengan logika atau akal. Maka muncul pertanyaan, mengapa Nabi
Muhammad tidak langsung dinaikkan ke langit ketujuh, namun harus singgah dulu
ke Masjid Aqsa? Jawabannya karena tugas manusia adalah menunaikan kemanusiaan
dan kehambaan. Sebelum naik ke langit ketujuh, Nabi Muhammad di perjalankan
secara horizontal dari masjid Haram ke masjid Aqsa sebagai tanda bahwa manusia
wajib menuntaskan urusan kemanusiaan di dunia, dan setelahnya Nabi Muhammad
diperjalankan secara vertikal menuju Allah SWT untuk menjalankan kewajibannya
sebagai seorang hamba. Kesimpulannya, setiap manusia harus membereskan terlebih
dahulu urusan dunianya sebelum membereskan urusan akhiratnya. Jangan terbalik
membereskan urusan akhirat demi mencapai kesuksesan urusan dunia.
Makna
yang ketiga adalah bekal perjalanan menuju Allah SWT. Kita harus berpegang teguh
pada kalimat “Innalillahi Wainna Ilaihi Roji’un,” yang artinya dari Allah dan
akan kembali kepada-Nya. Bagaimanakah perjalanan kembali menuju Allah? Kita bahas
dengan peristiwa Isra Mikraj.
Di langit
pertama Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Mengapa Nabi Adam? Nabi Adam
adalah nabi pertama yang langsung mendapat pengajaran tentang isi dunia dari
Allah SWT. Hal ini memiliki simbol bahwa manusia harus mengetahui: Kita ini siapa?
Berasal dari mana dan hendak ke mana? Atau dengan kata lain, sebagai manusia,
kita harus mempunyai visi dan tujuan dalam menjalankan hidup ini.
Di langit
kedua, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Mengapa harus Nabi
Yahya dan Nabi Isa? Seperti yang kita pahami bahwa mereka adalah nabi yang meninggal
di usia muda. Kedua nabi ini memiliki semangat dan ambisi yang kuat dalam
menjalankan semua perintah dari Allah SWT. Selain itu, mereka sanggup
mengorbankan jiwa raga termasuk nyawanya demi kepatuhan memegang ajaran yang
diberikan oleh Allah SWT. Pada langit ketiga, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi
Yusuf. Dari silsilah Nabi Yusuf, kita mengetahui bahwa ia adalah orang yang
suka bekerja keras, pantang menyerah, dan tidak putus asa. Sehingga apapun
ujian yang diberikan Allah SWT padanya, ia terima dengan ikhlas.
Pada
langit keempat, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Idris. Nabi Idris adalah Nabi
yang paling cerdas dan pintar. Sejumlah sumber mengatakan bahwa Nabi Idris
adalah filsuf pertama yang ada di dunia. Nabi Idris menyimbolkan kecerdasan
dalam mendayagunakan akal dan budi. Di langit kelima, Nabi Muhammad bertemu dengan
Nabi Harun. Nabi Harun adalah nabi yang menemani Nabi Musa dalam menjalankan
misi dakwah pada umatnya. Nabi Harun adalah orang yang pandai beretorika, berkomunikasi,
serta berbagi kepada seluruh umatnya.
Pada
langit keenam, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa adalah nabi
yang paling berani, tangguh, dan sangat peduli terhadap kaum lemah yang tertindas.
Nabi Musa yang memprovokasi kepada Nabi Muhammad, untuk menawar jumlah salat
yang awalnya 50 waktu menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Dan yang terakhir
adalah di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim. Ia menyimbolkan
sifat tawakal, istiqomah, dan pasrah dengan segala keputusan yang diberikan
Allah SWT. Hal ini, tergambarkan dengan keikhlasan untuk menyembelih putranya (Nabi
Ismail) karena perintah Allah SWT. Itulah ringkasan dari makna isra Mikraj
ketiga.
Makna
yang keempat adalah kesadaran mistik dan kesadaran profetik. Rasulullah naik ke
langit ketujuh sampai pada posisi berhadapan langsung dengan Allah SWT. Inilah puncak
dari segala kenikmatan dan kebahagiaan manusia, yaitu bertemu langsung dengan
Allah SWT. Namun, Nabi Muhammad tidak terlena dalam kebahagiaan dan
kebersamaan dengan Allah, Ia rela turun kembali ke dunia demi kecintaan pada
umatnya. Berbeda dengan para sufi, setelah berhasil bertemu dengan Allah SWT,
mereka menikmati kebersamaan dan kebahagiaannya seorang diri, dan enggan untuk bergabung kembali
dengan manusia lainnya di bumi. Itulah perbedaan mistik profetik antara Nabi
dan Sufi.
Makna
yang kelima adalah menjalani hidup secara visioner dan aspiratif. Upaya Nabi
Musa dan Nabi Muhammad bernegosiasi kepada Allah tentang jumlah waktu salat, merupakan
sikap yang visioner dan aspiratif. Bagi Rasulullah untuk melaksanakan salat
wajib 50 waktu tidak bermasalah, namun bagi umat manusia lainnya sangat memberatkan
hidup. Dengan memprediksi umat di akhir zaman yang lemah-lemah, maka Nabi
Muhammad menyetujui argumentasi dari Nabi Musa untuk menawar (meminta pengurangan)
jumlah waktu salat. Akhirnya, Allah memberikan keringanan kepada Nabi Muhammad untuk mewajibkan seluruh umatnya melaksanakan salat sebanyak 5 waktu
dalam sehari semalam.
Itulah
pembahasan makna dari peristiwa Isra Mikraj yang dapat saya tuliskan, untuk lebih jelasnya silakan Anda
membaca keempat kitab di atas ataupun bertanya langsung kepada para ulama. Tulisan
ini sebagai pengingat bagi saya pribadi, dan untuk memberikan wawasan kepada
kaum muda dalam melakukan perjalanan menuju kembalinya kepada Allah SWT. Semoga kita mendapatkan
kebahagiaan berjumpa dengan Allah SWT dengan tersenyum. Aamiin Yaa Rabbal A'lamiin. (EAS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar