Senin, 06 Januari 2025

Mencintai Atau Dicintai?

 


https://yoursay.suara.com/lifestyle/2023/06/26/105202/5-tanda-kamu-mencintai-seseorang-secara-tidak-sadar-awas-diambil-orang


Semua orang pasti kenal dengan kata cinta. Bahkan selalu mengagung-agungkan kata cinta tersebut. Cinta diidentifikasikan sebagai sesuatu yang indah, yang dapat memberikan kebahagiaan pada semua umat manusia. Benarkah cinta itu memberikan kebahagiaan pada pelakunya? Pada kenyataannya bisa ya, juga bisa tidak. Ada yang bahagia karena cinta, dan tidak sedikit  yang sakit hati karena cinta, ada yang depresi karena cinta, dan ada yang bunuh diri karenanya. Mengapa demikian?

Kita pahami terlebih dahulu apa definisi cinta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cinta adalah perasaan suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat, ingin sekali, berharap sekali, rindu, khawatir, dan risau. Cinta itu berada pada ranah rasa dan gejolak jiwa dalam diri setiap manusia. Dan ketika cinta itu hanya dipendam sendiri atau tidak terbalaskan, maka pelaku cinta akan merasa kecewa, dan putus asa namun ketika cinta diterima oleh orang yang dicintai maka bahagialah hati sang pelaku cinta.

Cinta melekat dalam hati, makanya tidak aneh apabila cinta itu berbicara tentang sebuah rasa yang tentunya memengaruhi emosional dalam jiwa pelaku cinta. Pasti terdengar subjektif, karena soal rasa dalam hati tidak bisa di gambarkan dalam rupa atau wujud nyata. Hal itu menjadikan banyak ragam pendapat tentang cinta ini, mulai dari orang terdahulu hingga hari ini. Dari yang berprofesi ilmuwan sampai para filsuf.

Menurut (Dr. Fahruddin Faiz) mengenai Cinta dan Objeknya, terbagi ke dalam empat jenis, yaitu; Cinta Ketuhanan, Cinta Kemanusiaan, Cinta Alam Semesta, dan Cinta Romantik. Dan cinta romantiklah yang biasanya menjadi populer di kalangan para pencari cinta. Pikiran kita sudah paham apabila berbicara soal cinta, pasti akan mengarah pada sebuah definisi cinta yang indah atau cinta romantik antara dua remaja berlainan jenis.

Dari beberapa referensi yang saya dapatkan, terdapat banyak kisah yang menyebut tentang kekuatan dan keagungan cinta romantik. Misalnya, kita lihat kisah cinta yang terjadi pada; Romeo-Juliet, Laila-Majnun, Sampek-Entay dan lain sebagainya. Dimana perjalanan cinta mereka dikisahkan sebagai seuatu yang indah tapi dipenuhi kepahitan, dan berakhir dengan peristiwa yang tragis. Kisah cintanya banyak mengandung halangan, rintangan, bahkan penderitaan dalam hidup. Tapi mereka para pelaku cinta sangat merasakan sekali kekuatan dan keagungan cinta, sehingga tetap bertahan walau dalam kepahitan dan kesulitan. Ya itulah cinta, sebuah rasa yang mendatangkan energi yang sangat luar biasa dahsyatnya.

Seperti kisah-kisah di atas, para pelaku cinta sudah saling tertaut, namun takdir tidak mengizinkan pemersatuan mereka. Apalagi yang bertepuk sebelah tangan, pasti sulit untuk saling bertautan. Sering kita mendengar ungkapan bahwa “mencintai tidak selamanya harus memiliki”. Menurut beberapa sumber yang saya dapatkan, memang betul sekali antara “mencintai dan memiliki” adalah dua hal yang berbeda.

Sebelum mengetahui perbedaan kata antara “mencintai dan memiliki”. Kita lihat dulu syair yang terdapat dalam buku Kahlil Gibran yang berjudul The Prophet di bawah ini. Marilah kita pahami secara bersama-sama.

Cinta tidak memberikan apa-apa

Kecuali keseluruhan dirinya

Cinta tidak mengambil apa-apa

Kecuali dari dirinya

Cinta tidak memiliki atau dimiliki

Karena cinta telah cukup untuk cinta

Dari syair di atas, kita bisa paham bahwa cinta tidak bisa berbuat apapun pada sang pelaku cinta, cinta hanya untuk cinta itu sendiri. Bukan untuk diberikan kepada orang yang kita cintai atau kita yang akan menerimanya. Kata “memiliki” sangat erat hubungannya dengan kepemilikan suatu objek benda/barang. Bisa saja kita memiliki suatu barangnya namun kita tak pernah cinta dengan barang ataupun sebaliknya. Kita tidak memiliki suatu barang, padahal kita sangat cinta dengan barang tersebut. Sedangkan menurut KBBI definisi “memiliki” mengandung arti mempunyai, mengambil secara tidak sah untuk dijadikan kepunyaan atau mengklaim sesuatu. Jadi jelas sudah perbedaan antara mencintai dan memiliki.

Kemudian apa yang salah dengan para pelaku cinta sehingga mereka merasa kecewa atau sakit hati dengan cinta itu sendiri? Padahal cinta tidak berbuat apapun. Cinta adalah anugrah terindah dari Sang Maha Pencipta. Mungkin bagian yang salah adalah tuntutan kita sebagai manusia pelaku cinta untuk meminta balasan, imbalan atau pamrih terhadap rasa cinta yang dirasakannya pada orang lain. Nah, itulah sebabnya kita bisa menangis kalau diputuskan cinta oleh kekasih pujaan hati. Hati terluka karena dia sudah abaikan rasa yang mendalam pada dirinya. Cintanya bukan lagi sebuah rasa indah namun berubah menjadi sutau rasa yang ingin memiliki jiwa raga orang yang dicintai. Seperti halnya kita yang ngotot karena suka dengan barang yang kita cintai, namun kita tidak bisa membeli dan memilikinya. Pastilah akan timbul rasa sakit yang mendalam. Coba, jikalau pelaku cinta menyadari bahwa rasa cinta itu tidak harus berpamrih atau tidak harus terbalaskan maka akan aman selamanya. Saya yakin tidak akan ada gejolak hati ingin memiliki orang yang kita cintai, karena kita tidak tahu apakah yang kita cintai ingin kita miliki atau malah mencintai orang lain.

Saya sering menemui pada kehidupan sehari-hari, kebanyakan pelaku cinta sangat memaksakan kehendak dan membelenggu orang yang dicintainya. Ketika orang yang kita cintai sudah kita miliki, kita anggap dia adalah milikku seutuhnya baik lahir maupun batinnya. Sehingga orang yang dicintai harus bertekuk lutut  dan memberikan apa yang diinginkan sang pencinta untuk memenuhi hasrat pribadinya sendiri. Dan menurut saya, itu bukan sebuah cinta namun penjajahan terhadap rasa yang diselubungkan atas nama cinta dan ketakutan.

Setelah berhasil  memiliki orang dicintai kemudian rasa itu mencengkram jiwa, tanpa sadar akan lahirlah sifat-sifat egois terhadap diri sesorang. Timbul rasa ke”aku”an, dengan kata lain pokoknya kalau tidak denganku kamu akan sengsara, kalau tidak seizin aku kamu akan rasakan akibatnya. Cinta seperti itu akan membelenggu kebebasan dan memberikan kepedihan pada orang yang dicintai.

Pengalaman yang saya rasakan dalam cinta selalu ada kepercayaan, ada kebebasan, ada ketulusan yang harus kita junjung tinggi sebagai seorang pecinta. Kalau sudah begitu, perilaku seorang pecinta akan memberikan rasa indah yang ada dalam hati kepada orang yang dicintai tanpa meminta imbalan apapun. Serta selalu bertindak dengan segala kesadaran diri untuk membahagiakan orang yang dicintai secara ikhlas tanpa paksaan.

Pada hakikatnya rasa cinta yang kita miliki  dapat dikendalikan oleh diri kita sendiri. Namun perilaku orang lain untuk menerima atau menolak cinta kita, itu di luar kendali diri kita. Setiap cinta akan mengalami perubahan, ketika sudah tidak relevan lagi pada orang, ruang, dan waktu tertentu. Walaupun cinta itu tidak terbalas tetap saja menjadi cinta, jangan pernah menjadi kebencian atau rasa dendam.

Andai saja saya harus memilih, antara mencintai dan dicintai. Saya akan memilih untuk mencintai, karena Sunnatullah kita harus mencintai dan menebarkan cinta kasih di muka bumi ini. Apabila saya dicintai, perasaan menjadi takut ketika orang yang mencintai saya, tidak mendapatkan balasan atau tidak bisa memiliki sesuatu yang dia inginkan dari dalam diri saya. Hawatir akan ada rasa benci dan rasa lain yang tumbuh secara perlahan pada orang tersebut.

Bagi para pembaca sendiri, silakan memilih sesuai dengan persepsi dan prisip hidup masing-masing. Yang jelas, semoga kita bisa mencintai Allah SWT, dan dicintaiNya sampai akhir hidup ini. Aamiin YRA. (EAS)

8 komentar:

  1. Cinta dapat dengan mudah dikatakan namun maknanya begitu dalam dan indah, Masya Allah

    BalasHapus
  2. Saya menjadi mengerti apa arti dari cinta,dan apa makna sesungguhnya,..saya juga jadi bisa menerima ,bahwa cinta memang tak selamanya harus memiliki, terimakasih untuk memberikan saya pemahaman dari "cinta".

    BalasHapus
  3. Dari narasi bu EAS saya paham makna dari cinta sendiri ialah memberi tanpa mengharap untuk memiliki, karena kebahagiaan dalam mencintai terletak pada kebebasan dan kedamaian hati, bukan pada kepemilikan.



    BalasHapus

PEOPLE PLEASER

  https://www.its.ac.id/news/2024/05/05/people-pleaser-upaya-semu-menyenangkan-semua-orang Tulisan kali ini akan membahas tentang People Ple...