Senin, 24 Februari 2025

PUASA

 

https://www.detik.com/jogja/berita/d-7793249/45-poster-menyambut-bulan-ramadhan-2025-terbaru-gratis-lucu-dan-keren

Pada tulisan kali ini, saya akan menjelaskan tentang makna puasa. Hal ini, didasari oleh kenyataan bahwa beberapa hari ke depan, kita akan menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H. Kita patut  bersyukur kepada Allah SWT, karena masih diberikan kesempatan kembali bertemu dengan bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Semoga kita semua dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk meraih keberkahan di dalamnya.

Sebelumnya, kita akan mengingat kembali definisi puasa Ramadhan menurut Syari’at Islam. Puasa Ramadhan adalah ibadah wajib dalam Islam yang dijalankan dengan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Puasa Ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh, dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Puasa Ramadhan adalah suatu puasa yang diwajibkan Allah SWT pada seluruh umat muslim di muka bumi. Seperti yang terkandung dalam Quran Surat Al-Baqoroh tentang perintah puasa, yang artinya adalah: “ Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Tafsir ayat di atas adalah: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa guna mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu dari umat para nabi terdahulu agar kamu bertakwa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.” (Tafsir Wajiz).

            Mengapa kita harus menjalankan ibadah puasa ini? Apakah ada manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari? Dua pertanyaan ini yang akan saya jawab. Dari sudut pandang Agama Islam sudah sangat jelas kewajiban kita untuk melaksanakan puasa Ramadhan yang disertai keutamaan di dalamnya. Selain itu, ada makna yang lain yang terkandung dalam hakikat puasa khususnya puasa Ramadhan.

Menurut beberapa sumber yang saya dapatkan, ada beberapa nilai yang akan kita dapatkan ketika menjalankan ibadah puasa, yaitu:

1.     Nilai Normatif

Adalah nilai yang menjadi norma, aturan, maupun kewajiban yang harus di laksanakan oleh seluruh umat Islam.

2.     Nilai Purifikatif

Adalah nilai pembersihan diri dari kotoran, dosa, kesalahan,  hasrat, hawa nafsu, yang berada dalam diri seorang muslim.

3.     Nilai Preventif

Adalah nilai pencegahan, mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang merusak keimanan dan ketaqwaan seorang muslim.

4.     Nilai Preservatif

Adalah nilai untuk memelihara kita, agar sehat jasmani, rohani, mental, dan spiritual. “Shumu tashihhu.” (Berpuasalah, niscaya kamu sehat).

Sedangkan secara intelektual menjalankan ibadah puasa memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita, yaitu: kepatuhan, pelatihan, pengorbanan, penyucian, perjuangan, keikhlasan, dan i’tibar dari kelemahan diri. Dimana semua pelajaran ini sudah terangkum dalam empat nilai puasa di atas. Pelajaran tersebut didapatkan karena ibadah puasa langsung di nilai Allah SWT tanpa sepengetahuan orang lain.

Untuk memberikan motivasi khususnya bagi diri saya sendiri dan umumnya kepada semua pembaca agar lebih semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Supaya kita tidak sekadar menggugurkan kewajiban berpuasa secara formalitas atau rutinitas. Maka saya akan menguraikan beberapa pandangan dari para tokoh besar, baik itu yang beragama Islam maupun Non-Islam. Karena umat selain agama Islam pun mengenal dan sering menjalankan ritual ibadah puasa.

1.     Plato: “Aku berpuasa agar fisik dan mentalku sehat.”

2.     Augustinus: “Puasa membersihkan jiwa, meningkatkan pikiran, menspiritualkan yang fisik, menumbuhkan rasa sesal, dan kerendahan hati, menyingkirkan hambatan nafsu, memadamkan ketamakan, dan menyalakan cahaya sejati kesucian.”

3.     Dante Alighieri: “Puasa memiliki kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan kesedihan.”

4.     Paracelcus: “Puasa adalah pengobatan terbaik, dokter dalam diri.”

5.     Benjamin Franklin: “ Obat terbaik adalah istirahat dan puasa.”

6.     Fyodor Dostoyevsky: “Ketaatan, puasa, dan doa sering ditertawakan, padahal hanya melalui hal tersebut terdapat jalan untuk kebebasan sejati. Aku memotong keinginan tak terkendali dan tidak penting. Aku tundukkan kesombongan dan ketamakanku dan kuhukum ia dengan kepatuhan dengan pertolongan Tuhan, aku mencapai kemerdekaan jiwa dan kenikmatan spiritual.”

7.     Herman Hesse: “Setiap orang dapat melakukan keajaiban, setiap orang dapat mencapai tujuannya, kalau ia mampu berpikir, kalau ia mampu menunggu, dan kalau ia mampu berpuasa.”

8.     Mahatma Gandhi: “Agamaku mengajarkan kepadaku, bahwa kapanpun muncul tekanan yang tak dapat disingkirkan sendiri, seseorang harus berpuasa dan berdoa.”

9.     Syekh Waliyullah Al-Dihlawi: “Puasa ibarat Tiryaq, Penawar bagi racun-racun setan (semacam “detoksifikasi spiritual”). Dengan puasa Anda memukul naluri kebinatangan (al-bahimiyyah) yang mungkin selama ini menguasai diri Anda.”

10.  Syekh Abdul Wahab Al-Sya’rani: “Puasa membawa kepada pencerahan batin (ghayat an-nuraniyyah) dan peneguhan rohani; serta berbagai kebajikan yang berlimpah tatkala mereka berpuasa.”

11.  Tariq Ramadhan: “Filosofi puasa mengundang kita untuk mengenali diri kita sendiri, menguasai diri kita sendiri, dan mendisiplinkan diri kita sendiri menjadi lebih baik, juga untuk membebaskan diri kita sendiri. Berpuasa berarti mengenali ketergantungan kita dan membebaskan diri kita darinya.”

12.  Suhrawardi Al-Maqtul: “Puasa adalah upaya untuk melepaskan diri dari penjara raga yang material, jalan penjernihan jiwa sehingga mampu memantulkan Cahaya Tuhan (pengetahuan).”

13.  Ibnu Arabi: ”Puasa adalah pencegahan dan peninggian, tiada tindakan yang dilakukan, penafiran keserupaan, dan sifat As-Shamadiyah, yang tebusannya adalah Allah SWT.”

14.  Maulana Jalaluddin Rumi: “Meski ragamu akan memucat sebab puasa, namun jiwamu akan melembut bagai sutra, pintu-pintu langit akan terbuka, Yusuf menjadi pemimpin Mesir yang dicintai, sebab ia bersabar dalam sumur gelap tak terperi.” (Rumi, Divan-e shams, puisi 2344).”

15.  Syekh Siti Jenar: “Puasa secara lahir disubstitusikan dengan kemampuan untuk melaparkan diri. Bukan sekadar mengatur ulang pola makan di bulan Ramadhan, tetapi mampu ngelakoni weteng kudu luwe, membiasakan diri lapar, bukan membiarkan kelaparan. Sehingga terciptalah sistem masyarakat yang terkendali hawa nafsunya.”

Itulah beberapa pandangan tentang keutamaan dalam menjalankan ibadah puasa. Sebenarnya masih banyak lagi pandangan-pandangan dari Tokoh Besar lainnya. Namun, saya hanya menguraikan lima berlas (15) saja, agar para pembaca tidak terlalu banyak dalam mencerna maknanya. Di sini, saya tidak menguraikan tentang kewajiban puasa berdasarkan ilmu fiqihnya, keutamaan puasa di bulan Ramadhan, ataupun tingkatan puasa, karena semua itu berada dalam kapasitas yang berbeda.

Sebagai akhir dari tulisan saya, semoga kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya serta sesuai syari’at yang berlaku dalam agama Islam. Dengan demikian, kita dapat menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai waktu untuk muhasabah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal’alaamiin. Marhaban Yaa Ramadhan. (EAS).

2 komentar:

  1. Dari semua pandangan tokoh besar tentang puasa pada blog ini ,diantara semua alasan mereka berpuasa dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu,sebagai pembersihan jiwa,pengendalian diri,empati dan kepedulian,pengembangan kekuatan mental,serta perhubungan dengan ketuhanan .

    BalasHapus

SURAT CINTA FILSUF

  https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures                Cinta adalah anugerah   terindah yang diberikan oleh Sa...