Jumat, 16 Mei 2025

FORGIVENESS IS A CHOICE

 


https://experiencelife.lifetime.life/article/the-art-of-forgiveness/

Judul tulisan kali ini terinspirasi dari buku karya Robert Enright yang berjudul Forgiveness is a Choice, yang memaparkan fase-fase pemaafan yang dikenal sebagai “Enright’s Model”. Fase-fase pemaafan tersebut adalah sebagai berikut:

1.     Uncovering phase

Fase ini menekankan pemahaman dan pengungkapan atas rasa “sakit” yang dialami. Dalam fase ini kita mengenali gejala dalam diri tentang rasa sakitnya yang dialami. Apanya yang sakit? Sakitnya di mana?

2.     Decision phase

Fase ini mulai mempertimbangkan untuk memaafkan dengan segala konsekuensi positif-negatifnya. Fase ini adalah fase berpikir, kira-kira layak tidak perbuatannya untuk dimaafkan? Apa makna positifnya? Apa makna negatifnya?

3.     Work phase

Fase ini mengubah sudut pandang dan berusaha memahami dan memaklumi terhadap orang yang menzalimi. Fase ini sering disebut fase kerja memaafkan karena sudah memahami dan melihat sisi positifnya. Dan dia menyadari bahwa orang yang bersalah juga adalah manusia biasa yang mempunyai perspektif sendiri tentang sikap dan karakternya terhadap orang lain.

4.     Deepening phase

Pada fase ini sudah mulai memutuskan, menyadari, bahwa ia tidak sendiri, setiap orang termasuk dirinya juga butuh dimaafkan sehingga perlu juga untuk memaafkan. Di sini adalah fase kebanggaan diri, karena sudah memahami bahwa manusia bisa memaafkan dan juga dimaafkan.

Pemaafan berbeda dengan condoning (tidak menganggap satu perbuatan keliru dan perlu dimaafkan, exusing (tidak menganggap yang bersalah harus tanggung jawab atas perbuatannya), forgetting (menyingkirkan kesadaran akan kesalahan dan yang bersalah), pardoning (memiliki hak untuk “menyakiti/menyalahi” dari lembaga/nilai yang dipandang sah, dan reconciliation  (memulihkan keadaan).

Mengapa kita harus memaafkan orang yang telah bersalah? Atau kita harus memaafkan diri dari kesalahan masa lalu? Ada beberapa alasan mengapa kita harus memaafkan di antaranya yaitu: pemaafan membuat kita bebas dari pengaruh yang merusak seperti kemarahan dan dendam, pemaafan membuat kita bebas dari luka masa lalu dan memahami masa depan dengan perspektif baru, pemaafan membawa kesembuhan kesatuan kembali kehidupan bersama yang baru, pemaafan membuat kita mengelola hidup secara lebih realistis tanpa terpenjara oleh rasa sakit, pemaafan membuktikan kita masih manusia yang tidak hanya butuh memaafkan, namun juga butuh dimaafkan, dan yang terakhir pemaafan memungkinkan kita memperoleh energi lebih banyak (yang selama ini kita gunakan untuk menahan luka dan sakit hati) untuk mewujudkan harapan dan masa depan.

Kemudian apa itu pemaafan? Kita pahami definisi pemaafan dari salah satu sumber yang saya dapatkan. Pemaafan adalah suatu proses yang terjadi sengaja dan sukarela, saat seorang “korban” mengalami perubahan dalam perasaan dan perilaku terhadap yang berbuat salah, menyisihkan emosi-emosi negatif, seperti dendam, dan semakin mampu berharap agar “yang berbuat salah” itu baik-baik saja.

Menurut definisi di atas, pemaafan itu membutuhkan proses, dan proses itu proses yang disengaja (ada niat) tidak secara otomatis namun secara sukarela. Ketika memaafkan sudah tidak ada lagi emosi negatif terhadap orang yang melakukan kesalahan. Apabila memerlukan proses tentunya membutuhkan waktu atau durasi dalam memaafkan. Waktu yang dibutuhkan untuk berproses setiap orang tentu berbeda-beda, sesuai dengan sifat dan karakternya.

Kata maaf itu bukan hanya diucapkan oleh mulut saja. Bukan juga dilakukan kepada orang asing atau orang yang baru saja bertemu. Kata maaf atau pemaafan selain diucapkan oleh mulut, juga disertai  penyesalan dan tindakan yang nyata. Bukan sekadar basa-basi namun harus di lanjutkan dengan melibatkan aksi. Ketika halal bihalal setelah idul fitri, kita akan mengucapkan permohonan maaf lahir batin, walaupun pada orang yang baru kita jumpai di hari itu. Pemaafan yang semacam itu dinamakan pemaafan yang basa-basi, karena kita tidak kenal dengan orangnya, baru bertemu hari itu, hanya kebetulan saja numpang lewat pada hari tersebut.

Menurut Derrida (filsuf Perancis), maaf yang bersyarat baginya, bukanlah sebenar-benar maaf. Ia sejatinya adalah transaksi timbal balik ekonomis, yang dengan satu dan cara lain punya daya tawar politis tertentu, lebih-lebih jika ia mengharuskan adegan-adegan penyesalan. Maaf itu menjadi bersyarat karena ia diberikan hanya jika yang bersalah melakukan permintaaan maaf, pengakuan, penyesalan, dan/atau penebusan.

Maaf murni adalah maaf yang diberikan secara unconditional. Di sini maaf merengkuh asosiasi maknanya yang tidak bisa dipisahkan (indissociable) yaitu memberi  (for-give, par-donner) bukan meminta atau menuntut.

Derrida juga mengatakan, bahwa orang sebenarnya tak benar-benar memaafkan, ketika yang ia maafkan adalah hal-hal yang dengan mudah termaafkan atau “bisa-dimaafkan”. Ironisnya, yang begitu ingin dimaafkan justru hal-hal yang tidak termaafkan, yakni ketika suatu kejahatan sudah terlalu kejam untuk sekadar dimaafkan. Apakah Anda memahami kalimat ini?

Tapi justru saat berhadapan dengan kejahatan yang terlalu kejam untuk …. dan karena itu tidak bisa dimaafkan. Itulah maaf, kalau benar ia tak mustahil terjadi menjadi murni. Di sinilah aporia: “memaafkan hanya yang tak termaafkan.” (forgiveness forgives only the unforgivable).

Pada kehidupan nyata, secara umum manusia memaafkan kesalahan dari orang-orang yang melakukan kesalahan yang mudah dimaafkan. Sedangkan untuk kesalahan-kesalahan yang sangat kejam menurut umum, biasanya tidak memaafkan dan akan timbul dendam untuk membalasnya. Inilah hal yang keliru, karena menurut Derrida kata maaf itu untuk kesalahan-kesalahan yang kejam, bukan untuk kesalahan yang mudah dimaafkan.

Begitu banyak hadist dan ayat qu’ran yang membahas tentang pemaafan kesalahan orang lain. Seperti yang tertuang dalam Q.S  As-Syuro ayat 40 dengan arti: Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah.

Sedangkan salah satu hadist yang membahas tentang pemaafan adalah HR. Muslim yang berbunyi: “Dan tidaklah Allah Ta’ala menambah kepada seorang hamba dengan sifat pemaaf kecuali kemuliaan.”

Berdasarkan ayat Qur’an dan hadist di atas, kita sebagai seorang muslim dianjurkan agar dapat memaafkan kesalahan orang lain, karena ada kemuliaan yang Allah janjikan untuk setiap hamba yang pemaaf.

Selain memaafkan kesalahan orang lain, sebagai manusia biasa kita sering sulit dengan memaafkan diri sendiri terhadap apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Ada baiknya kita memaafkan diri yang bersalah. Namun, walaupun kepada diri sendiri banyak sekali orang yang sulit untuk memaafkannya. Memang benar, kata maaf membutuhkan proses dan waktu serta ilmu yang mumpuni.

Ada beberapa tahapan untuk memaafkan diri, yaitu: 1) Responsibility (mengakui telah melakukan kesalahan serta siap bertanggungjawab sebagai akibatnya; 2) Remorse (menyesal dan merasakan bersalah, sekaligus memunculkan tekad untuk memperbaiki atau tidak mengulangi; 3) Restoration (kesediaan untuk memperbaiki, mengembalikan, memulihkan kembali, kepada orang yang disakiti; dan 4) Renewal (memaafkan diri sendiri, berpikir dan bertindak serta tidak terpenjara oleh kesalahan di masa lalu dan siap beraktivitas lagi.

Sesuai dengan judul tulisan ini, forgiveness is a choice atau pemaafan adalah sebuah pilihan kita sebagai manusia. Hal ini untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan untuk orang yang bersalah atau yang berbuat jahat kepada kita. Saya menyadari, ketika orang lain melakukan kesalahan atau kejahatan kepada diri ini, saya pun berpotensi untuk melakukan kesalahan atau kejahatan yang sama kepada orang lain.

Dengan demikian, tidak ada salahnya bagi kita untuk berusaha memaafkan setiap tindakan orang lain yang telah menyakiti hati dan jiwa kita. Hal ini agar kita terbebas dari emosi negatif serta pengaruh buruk dalam kehidupan, sehingga kita akan dapat bertumbuh menjadi pribadi tangguh. Semoga kita termasuk orang-orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain, maupun kesalahan diri sendiri. Aamiin Yaa Rabbal’ Aalaamiin. (EAS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SURAT CINTA FILSUF

  https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures                Cinta adalah anugerah   terindah yang diberikan oleh Sa...