Sabtu, 07 Juni 2025

SURAT CINTA FILSUF

 

https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures

            Cinta adalah anugerah  terindah yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Setiap orang di muka bumi tanpa terkecuali, akan merasakan manis dan pahitnya cinta. Apabila semua orang dapat merasakan cinta, tentu ada sisi lain yang juga akan dialami, yaitu patah hati. Tulisan ini akan mengulas bagaimana seorang filsuf merasakan nikmat cinta dan sekaligus pahitnya patah hati. Sebelum melangkah lebih jauh ke kisah patah hati seorang filsuf, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu definisi filsuf itu sendiri. Siapakah mereka?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), filsuf berarti ahli filsafat atau ahli pikir, atau orang yang berfilsafat. Filsuf adalah sebutan bagi seseorang yang mendalami filsafat, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. 

Dengan kata lain, filsuf adalah seseorang yang berdedikasi untuk memahami dan mengkaji hakikat realitas, serta mencari prinsip dasar yang mendasari segala sesuatu. Mereka adalah orang-orang yang berpikir secara mendalam dan kritis, menggunakan akal budi untuk memahami dunia dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kehidupan. 

Berdasarkan sumber yang saya peroleh, terdapat beberapa surat cinta dari para filsuf untuk pujaan hati mereka. Silakan simak surat-surat tersebut berikut ini:

1.     Surat Kierkegaard kepada Regina

Sebenarnyalah,  aku datang, menulis, berpikir, berbicara, ragu-ragu dan mendesah. Bergema kamarku oleh suaraku sendiri, tentang dirimu, satu-satunya orang yang kupercaya, yang berani, menceritakan apa yang sekarang riuh mengalir dalam diriku, namun sekali lagi hilang dalam lamunan sunyi.

Ketahuilah, bahwa setiap kali engkau mengulang kata bahwa engkau mencintaiku, dari relung jiwamu yang terdalam, seolah-olah aku mendengarnya untuk pertama kali. Seperti seorang pria yang ingin memiliki seluruh dunia. Ia membutuhkanmu seumur hidup untuk mengamati kemegahannya. Demikian pula aku, juga butuh seumur hidup untuk merenungkan semua kekayaan yang terkandung dalam cintamu.

Ketahuilah bahwa setiap kali engkau dengan sungguh-sungguh meyakinkan aku bahwa engkau selalu mencintaiku, baik saat bahagia maupun saat sedih. Karena engkau tahu bahwa kesedihan hanyalah nostalgia Ilahi dan bahwa segala sesuatu yang baik dalam diri manusia adalah anak kesedihan. Ketahuilah bahwa engkau sedang menyelamatkan jiwaku dalam api penyucian.

Setiap kali engkau merasakan matahari yang segar, tolong pikirkan aku, karena pikiran dan jiwaku benar-benar mengarah ke matahari itu, dan aku memilih keirnduan yang mendalam untukmu, matahari di antara wanita-wanita.

 (Soren Kierkegaard)

2.     Surat Nietzche kepada Lou Salome

Lou….

Bahwa aku sangat kesakitan tidak masalah jika dibandingkan dengan masalahmu.

Lou sayang…

Aku belum pernah bertemu orang yang lebih menyedihkan dibandingkan kamu. Tidak sadar diri, meskipun pintar. Mampu memanfaatkan apa yang diketahui, namun naif, tak menyadari kekurangan.

Tulus dan adil dalam hal kecil, namun keras kepala dan secara umum, dalam sikap total terhadap kehidupan; Munafik, Tidak peka untuk memberi atau menerima. Tidak punya hati dan tidak bisa mencintai. Dalam rasa selalu sakit dan di ambang kegilaan. Tidak tahu rasa terima kasih, tidak punya malu terhadap yang selama ini tulus membantu.

 (Nietzche)

3.     Surat Hannah Arendt kepada Heiddeger

…… Jangan lupakan aku, dan jangan lupakan betapa banyak dan dalamnya aku tahu bahwa cinta kita telah menjadi berkah hidupku.

Pengetahuan ini tidak dapat digoyahkan bahkan hari ini, ketika sebagai jalan keluar dari kegelisahanku.

Aku telah menemukan rumah dan rasa memiliki dengan seseorang yang mungkin paling tidak anda pahami…..

 (Aku mencium kening dan matamu, Hannah-mu)                                                

4.     Surat Simone de Beauvoir kepada JP Sartre

Aku tidak memikirkan hari ketika aku akan bertemu denganmu lagi…..

Aku tidak perlu melihatmu…..

Aku tidak pernah terpisah darimu…..

Aku masih di dunia yang sama denganmu.

Aku mencintaimu.

Engkau sebenarnya tidak meninggalkanku…………

 (Simone de Beauvoir) 

5.     Surat Musthofa Lutfi Al-Manfaluthi kepada Magdalena

Benarkah, Magdalena, kita berdua telah putus dan kita sudah menjadi dua orang asing yang tak mengenal satu sama lain? Salah satu dari kita tidak lagi ingat kepada temannya yang lain. Kecuali seperti mengingat impian di masa kecil, yang bekasnya telah terhapus oleh berlalunya hari dan lewatnya tahun! 

Benarkah jika kita bertemu di suatu jalan, masing-masing akan meneruskan perjalanannya tanpa menyapa temannya? Benarkah jika kita berada dalam suatu pertemuan, antara hubungan kita berdua tidak lebih dari hubungan biasa antara lelaki dan perempuan yang lain?

Benarkah jika kita berada dalam suatu pertemuan, tak ada yang kita bicarakan kecuali tentang cuaca dan suhu udara?

Alangkah cepatnya peredaran waktu dan alangkah aneh tindak-tanduk peristiwanya. Apakah dalam sehari semalam saja semua harapan yang kita bina dengan baik, dengan mencurahkan segala penderitaan dan kepedihan, mencucurkan seluruh air mata yang kita miliki, berubah begitu cepat? Semua itu akan menjadi kisah usang yang telah dibungkus dengan kisah baru?

Beginikah rasanya hari kiamat? Beginikah rupanya dunia yang menjadi hancur lebur? Beginikah tampak Bintang gemintang yang berjatuhan di angkasa, langit terkatup seperti tertutupnya sebuah buku?

(Mustofa Lutfi-Magdalena) 

6.     Surat Kahlil Gibran, dalam buku “Broken Wings”

Besok takdir akan membawa dirimu ke tengah keluarga yang sejahtera, namun akan membawaku kepada perjuangan batin dan kesengsaraan. Kau akan berada di rumah orang yang paling bahagia, sedang aku akan memasuki gerbang kematian. Kau akan diterima dengan ramah, sedang aku akan berada dalam belitan kesepian. 

Namun aku akan mendirikan patung cinta, dan memujanya di dalam lembah kematian. Cinta akan menjadi satu-satunya selimutku; akan kupakai seperti sehelai baju dan akan ku minum bagaikan meneguk anggur.

Cinta akan membangunkan aku di waktu subuh dan membawaku ke medan yang jauh.

Di siang hari cinta kan membimbingku ke bawah rimbun pepohonan di mana aku berteduh bersama burung-burung dari panasnya sengatan matahari.

Di sore hari sebelum matahari terbenam, cinta memerintahkanku beristirahat sambil mendengarkan nyanyian alam dan memperlihatkan padaku bergeraknya awan di langit biru yang meremang.

Di malam hari cinta akan memelukku dan aku pun tertidur lalu bermimpi tentang dunia sangat indah, yang hanya ada dalam jiwa-jiwa para penyair dan pecinta.

Cinta wahai kekasih, akan tinggal denganku hingga akhir hayatku. Bahkan sesudah tiadaku, dengan seizin Tuhan, kami pun akan tetap bersatu.

(Kahlil Gibran)

Itulah enam surat cinta dari para filsuf yang menggambarkan kekecewaan, harapan, cinta kasih, kerinduan, kemarahan, dan kegelisahan yang dirasakan dalam jiwanya. Kisah-kisah tersebut bukanlah fiksi, melainkan bagian nyata dari kehidupan mereka── gejolak dalam batin para filsuf saat menghadapi pahitnya cinta.

Namun, para filsuf menjadikan semua kepahitan hidup mereka sebagai motivasi untuk menggunakan akal dan budinya dalam menghasilkan karya-karya besar melalui pemikiran kritis tentang berbagai konsep kehidupan umat manusia. Kegagalan dalam meraih cinta dari kekasih hati tidak membuat mereka putus asa atau menghancurkan seluruh hidupnya. Sebaliknya, luka akibat patah hati justru menuntun mereka untuk melahirkan karya-karya besar yang bermanfaat bagi umat manusia lainnya.

Bagi kita sebagai orang biasa, sangat wajar jika mengalami duka lara dan kekecewaan karena patah hati. Yang perlu kita lakukan adalah mengelola semua emosi negatif dalam jiwa menjadi tindakan yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan kita. Akhirnya, semoga kita senantiasa mendapatkan cinta dari Allah SWT, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin. (EAS).

Sabtu, 24 Mei 2025

TAN MALAKA

 

https://ikobengkulu.com/detail/1669/tan-malaka-bapak-republik-yang-gugur-di-senapan-bangsa-sendiri

Tulisan kali ini akan berkisah tentang sosok yang dijuluki sebagai “Bapak Republik Indonesia” yaitu Tan Malaka. Siapakah sebenarnya Tan Malaka? Dalam buku-buku sejarah, namanya biasanya hanya dibahas sekilas saja. Padahal, beliaulah orang pertama yang mencetuskan istilah Republik Indonesia untuk negara kita. Marilah kita simak bersama secuil kisah hidup Tan Malaka.

Nama lengkap Tan Malaka adalah Riki Yakub Van Bommel atau Ibrahim Datuk Sutan Malaka. Beliau adalah seorang tokoh revolusioner dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang sangat berpengaruh. Ia dikenal sebagai "Bapak Republik Indonesia" karena ide-idenya yang visioner tentang pembentukan negara Republik Indonesia jauh sebelum kemerdekaan tercapai. 

Ibrahim Datuk Sutan Malaka lahir di Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota pada tanggal 2 Juni 1897 dan meninggal tanggal 21 Februari 1949. Sebenarnya tanggal dan tahun lahirnya tidak jelas, serta bervariasi dari sumber ke sumber, tetapi kemungkinan antara tahun 1894 dan 1897. Nama panggilannya adalah Ibrahim, tetapi ia dikenal baik sebagai seorang anak orang dewasa sebagai Tan Malaka, sebuah nama kehormatan dan semi-bangsawan. Ia mewarisi latar belakang bangsawan dari ibunya.

Ia membaca banyak buku yang sangat memengaruhi pola pikirnya. Di antara buku-buku tersebut adalah De Fransche Revolutie karya Wilhem Blos yang membahas Revolusi Prancis, serta karya-karya dari Karl Marx, Frieddrich Engels, Vladimir Lenin, dan Friedrich Nietzshe. 

Salah satu karya yang terkenal dari Tan Malaka adalah sebuah buku yang berjudul “MADILOG”. Buku ini disusun selama delapan bulan oleh beliau. Madilog merupakan akronim dari Materialisme, Dialektika, dan Logika. Madilog adalah perjuangan epistemologys yang mengasumsikan problem pengetahuan sebagai inti dari kondisi keterjajahan. Madilog juga merupakan cara berpikir yang mengedepankan bukti kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi dan nalar rasional. Mari kita telisik definisi dari materialisme, dialektika, mapun logika secara singkat.

Materialisme berasal dari kata materi. Materi adalah dasar dari segala yang ada di alam semesta. Konsep dan ide metafisik dari materi yang diinderakan. Konsep Materialisme menekankan pada keterarahan perhatian manusia pada kenyataan bukan pada khayalan dan tahayul. Daripada kita sibuk mencari penyebab tentang segala kejadian di alam gaib, lebih baik kita mencari kenyataan bendawi sendiri.  Dalam mengkaji realitas, diperlukan ilmu pengetahuan yang berbasis pendekatan ilmiah. Dengan begitu, para proletar Indonesia akan berpikir maju dan dapat keluar dari keterpurukan.

Dialektika menjelaskan bahwa realitas tidak dilihat sebagai sejumlah unsur terisolasi yang sekali jadi kemudian tak pernah berubah. Dialektika mengatakan bahwa segala sesuatu bergerak maju melalui lagkah-langkah yang saling bertentangan.

Sedangkan logika adalah cara berpikir antimistik dan antidogmatik. Cara berpikir antimistik adalah penolakan terhadap cara berpikir yang bersifat mistik, gaib, dan tahayul. Cara berpikir antidogmatik adalah penolakan terhadap cara berpikir yang bersifat pasif, dogmatik, dan ketergantungan atau ketidakmandirian untuk menentukan keputusan bagi diri sendiri atau bangsanya sendiri. 

Selain menulis buku, mengajar, jurnalis, dan pejuang, ia juga menjalin kontak dengan ISDV, dan menulis beberapa karya untuk pers. Sebagai seorang jurnalis, ia menulis tentang perbedaan mencolok dalam kekayaan antara kapitalis dan pekerja, dalam salah satu karyanya yang paling awal, "Tanah Orang Miskin"; yang disertakan dalam Het Vrije Woord edisi Maret 1920. Tan Malaka juga menulis tentang penderitaan para kuli di Sumatera Post. 

Keterlibatannya dengan Partai Komunis Indonesia berawal dari pecahnya partai Sarekat Islam (SI). membentuk Sarekat Islam Putih yang dipimpin oleh Tjokroaminoto, dan Sarekat Islam Merah yang dipimpin oleh Semaun dan berpusat di Semarang.  Usai kongres, Tan Malaka diminta Semaun pergi ke Semarang untuk bergabung dengan PKI. Menurutnya, di Indonesia cukup sesuai dengan mempersatukan antara paham sosialis, nasionalis, komunis, dan paham Islam, namun hal ini sangat di tentang oleh banyak tokoh, pemerintah Hindia Belanda, dan sebagian rakyat Indonesia. 

Tan Malaka adalah orang yang tidak setuju berjuang secara diplomasi atau bernegosiasi dengan musuh (penjajah). Menurutnya, perjuangan mencapai kemerdekaan dengan cara parlementer tidak dimungkinkan karena pada dasarnya sistem kolonialisme tidak memberi ruang bagi masyarakat pribumi untuk duduk di dalam parlemen.

Bagi Tan Malaka, diplomasi adalah hal keliru yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia dengan berbagai konsesi, baik politik maupun ekonomi. Ia juga menyebut orang-orang yang menginginkan diplomasi dalam revolusi ini sebagai “inlenders alat” yaitu kaki tangan imperialis Belanda dalam menjajah Indonesia. Dimana akan mengakibatkan kerugian bagi Indonesia.

Revolusi Indonesia adalah revolusi nasional sebagai wadahnya dan revolusi sosial sebagai isinya. Dimana sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian besar menentang imperialism barat menjajah bangsa Indonesia.

Selain mendirikan partai MURBA, Persatuan Perjuangan, dan Aksi Massa, Tan Malaka juga melakukan GERPOLEK (Gerilya Politik Ekonomi). Dalam Gerpolek Tan Malaka menyuguhkan fakta kalau perundingan justru merugikan bangsa Indonesia. Wilayah Indoneisa menyusut hanya Jawa saja. Kekayaan Indonesia pun kembali dikuasai oleh Belanda (penjajah). Padahal setelah revolusi Agustus, rakyat pernah menguasai semuanya. Oleh karena itu, Tan Malaka mengajak rakyat untuk melakukan perang semesta dengan menggunakan taktik gerilya dan sabotase terhadap simpul-simpul kekusaan militer Belanda.

Menurut Tan Malaka, seorang pemimpin haruslah seorang yang cerdas dan mampu memimpin suatu pergerakan revolusioner. Ia dapat memberikan pertimbangan dan memperkirakan arah perjuangan yang akan berjalan. Di samping itu, seorang pemimpin harus dapat menyelami kemauan rakyat dan dapat mengubah kemauan massa menjadi perbuatan massa. Namun untuk menggerakkan suatu massa harus memiliki suatu partai revolusioner. Partai inilah yang nanti akan mempertemukan orang yang memiliki persamaan pandangan dalam revolusi.

Aksi masa untuk mencapai Indonesia Merdeka adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri, mengingat politik imperialis Belanda serta demarkasi revolusi Indonesia tidak memungkinkan untuk melakukan perjuangan dengan cara lain. Maka pengerahan rakyat “MURBA” adalah suatu hal yang wajib dilakukan.

Aksi massa dalam bentuknya sebagian dapat menjelma dalam bentuk pemogokan-pemogokan dan pemboikotan yang dilakukan secara terkoordinasi. Aksi pemogokan sangat besar pengaruhnya terhadap roda perekonomian dan politik Belanda. Sedangkan pemboikotan terhadap segala bentuk kerja sama ekonomi dan politik, seperti menolak membeli dan menjual barang-barang ataupun memboikot pajak juga harus dilakukan. Akhirnya aksi massa juga ditopang oleh demonstrasi-demonstarsi politik yang semakin hari tekanan pada pihak imperialis semakin kuat.

Dalam pergerakannya, Tan Malaka merumuskan beberapa program penting, seperti program ekonomi menuju Republik Indonesia, program pendidikan, tujuan pendidikan, serta jembatan keledai (nemoteknik dalam belajar). Salah satu yang terkenal adalah Tiga  Program Pendidikan. Ketiga program tersebut adalah sebagai berikut:

1.     Wajib belajar bagi anak-anak semua warga negara Indonesia dengan cuma-cuma sampai umur 17 tahun, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan bahasa Inggris sebagai bahasa asing utama.

2.     Menghapuskan sistem pelajaran sekarang dan menyusun sistem yang langsung berdasarkan atas kepentingan-kepentingan Indonesia yang sudah ada dan yang akan dibangun.

3.     Memperbaiki dan memperbanyak jumlah sekolah-sekolah kejuruan, pertanian, dan perdagangan, serta memperbanyak jumlah sekolah-sekolah bagi pegawai-pegawai tinggi di lapangan teknik dan administrasi. 

Di akhir tulisan ini, saya akan menyampaikan beberapa kutipan dari Tan Malaka yang diharapkan dapat menjadi motivasi bagi generasi-generasi selanjutnya.

*    “Akuilah dengan hati bersih bahwa kalian dapat belajar dari orang Barat. Tapi jangan sekali-kali kalian meniru dari orang barat, kalian harus menjadi murid-murid dari Timur yang cerdas….”

*    “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi, dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik Pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”

*    “Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi.”

*    “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.”

*    “Kalau ada maling masuk ke rumahmu, usir dia! Kalau perlu pukul! Jangan ajak dia berunding.”

Itulah sekelumit perjuangan dan perjalanan hidup seorang tokoh revolusioner Indonesia. Ia merupakan salah satu dari tujuh tokoh revolusioner bangsa ini. Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita keberanian dan kecerdasan seperti yang telah diberikan-Nya kepada Tan Malaka. Al-Fatihah untuk seluruh pahlawan Revolusioner Indonesia. Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin. (EAS).

Jumat, 16 Mei 2025

FORGIVENESS IS A CHOICE

 


https://experiencelife.lifetime.life/article/the-art-of-forgiveness/

Judul tulisan kali ini terinspirasi dari buku karya Robert Enright yang berjudul Forgiveness is a Choice, yang memaparkan fase-fase pemaafan yang dikenal sebagai “Enright’s Model”. Fase-fase pemaafan tersebut adalah sebagai berikut:

1.     Uncovering phase

Fase ini menekankan pemahaman dan pengungkapan atas rasa “sakit” yang dialami. Dalam fase ini kita mengenali gejala dalam diri tentang rasa sakitnya yang dialami. Apanya yang sakit? Sakitnya di mana?

2.     Decision phase

Fase ini mulai mempertimbangkan untuk memaafkan dengan segala konsekuensi positif-negatifnya. Fase ini adalah fase berpikir, kira-kira layak tidak perbuatannya untuk dimaafkan? Apa makna positifnya? Apa makna negatifnya?

3.     Work phase

Fase ini mengubah sudut pandang dan berusaha memahami dan memaklumi terhadap orang yang menzalimi. Fase ini sering disebut fase kerja memaafkan karena sudah memahami dan melihat sisi positifnya. Dan dia menyadari bahwa orang yang bersalah juga adalah manusia biasa yang mempunyai perspektif sendiri tentang sikap dan karakternya terhadap orang lain.

4.     Deepening phase

Pada fase ini sudah mulai memutuskan, menyadari, bahwa ia tidak sendiri, setiap orang termasuk dirinya juga butuh dimaafkan sehingga perlu juga untuk memaafkan. Di sini adalah fase kebanggaan diri, karena sudah memahami bahwa manusia bisa memaafkan dan juga dimaafkan.

Pemaafan berbeda dengan condoning (tidak menganggap satu perbuatan keliru dan perlu dimaafkan, exusing (tidak menganggap yang bersalah harus tanggung jawab atas perbuatannya), forgetting (menyingkirkan kesadaran akan kesalahan dan yang bersalah), pardoning (memiliki hak untuk “menyakiti/menyalahi” dari lembaga/nilai yang dipandang sah, dan reconciliation  (memulihkan keadaan).

Mengapa kita harus memaafkan orang yang telah bersalah? Atau kita harus memaafkan diri dari kesalahan masa lalu? Ada beberapa alasan mengapa kita harus memaafkan di antaranya yaitu: pemaafan membuat kita bebas dari pengaruh yang merusak seperti kemarahan dan dendam, pemaafan membuat kita bebas dari luka masa lalu dan memahami masa depan dengan perspektif baru, pemaafan membawa kesembuhan kesatuan kembali kehidupan bersama yang baru, pemaafan membuat kita mengelola hidup secara lebih realistis tanpa terpenjara oleh rasa sakit, pemaafan membuktikan kita masih manusia yang tidak hanya butuh memaafkan, namun juga butuh dimaafkan, dan yang terakhir pemaafan memungkinkan kita memperoleh energi lebih banyak (yang selama ini kita gunakan untuk menahan luka dan sakit hati) untuk mewujudkan harapan dan masa depan.

Kemudian apa itu pemaafan? Kita pahami definisi pemaafan dari salah satu sumber yang saya dapatkan. Pemaafan adalah suatu proses yang terjadi sengaja dan sukarela, saat seorang “korban” mengalami perubahan dalam perasaan dan perilaku terhadap yang berbuat salah, menyisihkan emosi-emosi negatif, seperti dendam, dan semakin mampu berharap agar “yang berbuat salah” itu baik-baik saja.

Menurut definisi di atas, pemaafan itu membutuhkan proses, dan proses itu proses yang disengaja (ada niat) tidak secara otomatis namun secara sukarela. Ketika memaafkan sudah tidak ada lagi emosi negatif terhadap orang yang melakukan kesalahan. Apabila memerlukan proses tentunya membutuhkan waktu atau durasi dalam memaafkan. Waktu yang dibutuhkan untuk berproses setiap orang tentu berbeda-beda, sesuai dengan sifat dan karakternya.

Kata maaf itu bukan hanya diucapkan oleh mulut saja. Bukan juga dilakukan kepada orang asing atau orang yang baru saja bertemu. Kata maaf atau pemaafan selain diucapkan oleh mulut, juga disertai  penyesalan dan tindakan yang nyata. Bukan sekadar basa-basi namun harus di lanjutkan dengan melibatkan aksi. Ketika halal bihalal setelah idul fitri, kita akan mengucapkan permohonan maaf lahir batin, walaupun pada orang yang baru kita jumpai di hari itu. Pemaafan yang semacam itu dinamakan pemaafan yang basa-basi, karena kita tidak kenal dengan orangnya, baru bertemu hari itu, hanya kebetulan saja numpang lewat pada hari tersebut.

Menurut Derrida (filsuf Perancis), maaf yang bersyarat baginya, bukanlah sebenar-benar maaf. Ia sejatinya adalah transaksi timbal balik ekonomis, yang dengan satu dan cara lain punya daya tawar politis tertentu, lebih-lebih jika ia mengharuskan adegan-adegan penyesalan. Maaf itu menjadi bersyarat karena ia diberikan hanya jika yang bersalah melakukan permintaaan maaf, pengakuan, penyesalan, dan/atau penebusan.

Maaf murni adalah maaf yang diberikan secara unconditional. Di sini maaf merengkuh asosiasi maknanya yang tidak bisa dipisahkan (indissociable) yaitu memberi  (for-give, par-donner) bukan meminta atau menuntut.

Derrida juga mengatakan, bahwa orang sebenarnya tak benar-benar memaafkan, ketika yang ia maafkan adalah hal-hal yang dengan mudah termaafkan atau “bisa-dimaafkan”. Ironisnya, yang begitu ingin dimaafkan justru hal-hal yang tidak termaafkan, yakni ketika suatu kejahatan sudah terlalu kejam untuk sekadar dimaafkan. Apakah Anda memahami kalimat ini?

Tapi justru saat berhadapan dengan kejahatan yang terlalu kejam untuk …. dan karena itu tidak bisa dimaafkan. Itulah maaf, kalau benar ia tak mustahil terjadi menjadi murni. Di sinilah aporia: “memaafkan hanya yang tak termaafkan.” (forgiveness forgives only the unforgivable).

Pada kehidupan nyata, secara umum manusia memaafkan kesalahan dari orang-orang yang melakukan kesalahan yang mudah dimaafkan. Sedangkan untuk kesalahan-kesalahan yang sangat kejam menurut umum, biasanya tidak memaafkan dan akan timbul dendam untuk membalasnya. Inilah hal yang keliru, karena menurut Derrida kata maaf itu untuk kesalahan-kesalahan yang kejam, bukan untuk kesalahan yang mudah dimaafkan.

Begitu banyak hadist dan ayat qu’ran yang membahas tentang pemaafan kesalahan orang lain. Seperti yang tertuang dalam Q.S  As-Syuro ayat 40 dengan arti: Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah.

Sedangkan salah satu hadist yang membahas tentang pemaafan adalah HR. Muslim yang berbunyi: “Dan tidaklah Allah Ta’ala menambah kepada seorang hamba dengan sifat pemaaf kecuali kemuliaan.”

Berdasarkan ayat Qur’an dan hadist di atas, kita sebagai seorang muslim dianjurkan agar dapat memaafkan kesalahan orang lain, karena ada kemuliaan yang Allah janjikan untuk setiap hamba yang pemaaf.

Selain memaafkan kesalahan orang lain, sebagai manusia biasa kita sering sulit dengan memaafkan diri sendiri terhadap apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Ada baiknya kita memaafkan diri yang bersalah. Namun, walaupun kepada diri sendiri banyak sekali orang yang sulit untuk memaafkannya. Memang benar, kata maaf membutuhkan proses dan waktu serta ilmu yang mumpuni.

Ada beberapa tahapan untuk memaafkan diri, yaitu: 1) Responsibility (mengakui telah melakukan kesalahan serta siap bertanggungjawab sebagai akibatnya; 2) Remorse (menyesal dan merasakan bersalah, sekaligus memunculkan tekad untuk memperbaiki atau tidak mengulangi; 3) Restoration (kesediaan untuk memperbaiki, mengembalikan, memulihkan kembali, kepada orang yang disakiti; dan 4) Renewal (memaafkan diri sendiri, berpikir dan bertindak serta tidak terpenjara oleh kesalahan di masa lalu dan siap beraktivitas lagi.

Sesuai dengan judul tulisan ini, forgiveness is a choice atau pemaafan adalah sebuah pilihan kita sebagai manusia. Hal ini untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan untuk orang yang bersalah atau yang berbuat jahat kepada kita. Saya menyadari, ketika orang lain melakukan kesalahan atau kejahatan kepada diri ini, saya pun berpotensi untuk melakukan kesalahan atau kejahatan yang sama kepada orang lain.

Dengan demikian, tidak ada salahnya bagi kita untuk berusaha memaafkan setiap tindakan orang lain yang telah menyakiti hati dan jiwa kita. Hal ini agar kita terbebas dari emosi negatif serta pengaruh buruk dalam kehidupan, sehingga kita akan dapat bertumbuh menjadi pribadi tangguh. Semoga kita termasuk orang-orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain, maupun kesalahan diri sendiri. Aamiin Yaa Rabbal’ Aalaamiin. (EAS).

Sabtu, 10 Mei 2025

Mengatasi Stres Dengan Stoikisme

 

https://www.kobo.com/ww/en/ebook/stoic-six-pack-illustrated

Kita tidak asing lagi dengan kata “stres” . Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sudah mengetahui apa itu stres. Stres dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikis seseorang, sehingga membuatnya menjadi labil dan kurang optimal dalam menjalankan perannya sebagai khalifah di muka bumi.

Menurut KBBI stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar, atau disebut juga ketegangan.

Setiap orang dapat mengalami gangguan stres, entah itu karena pekerjaan, masalah keluarga, masalah sosial, ataupun persoalan lainnya. Faktor-faktor stres bisa berasal dari dalam diri ataupun dari lingkungan luar. Menurut ajaran Islam, obat dari stres adalah iman dan taqwa. Sangat tepat, karena dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berserah diri kepada-Nya, kita akan terhindar dari gangguan stres.

Tulisan kali ini akan membahas beberapa tips mengatasi stres berdasarkan ilmu Soikisme. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Stoikisme, silakan pembaca mencari referensi secara mandiri. Tips-tips ini saya ambil dari Tokoh Stoikisme yaitu Marcus Aurelius dan Epictetus. Marilah kita baca dan pahami kalimat-kalimat dari mereka berdua sebagai panduan untuk mengatasi stres.

1.     Ada yang hadir, ada yang keluar dari keberadaan. Beberapa dari apa yang pernah ada, sekarang sudah hilang. Perubahan demi perubahan terus menerus mengubah dunia, seperti perkembangan waktu yang tak henti-hentinya mengubah keabadian.

2.     Saat engkau mencintai sesuatu, tempatkan di hadapan dirimu posisi yang berlawanan. Apa salahnya saat engkau mencium anakmu, engkau bisikan dengan suara lirih, “Besok kamu pun akan mati”, dan kepada seorang teman, “Besok kamu yang akan pergi atau aku yang akan pergi, dan kita tidak akan pernah bertemu lagi.”

3.     Apa yang engkau cintai bukanlah milikmu; itu diberikan kepadamu untuk saat ini, bukannya tidak akan diambil lagi, juga tidak diberikan kepadamu untuk selama-lamanya. Seperti buah ara yang diberikan kepadamu atau seikat buah anggur pada musim tertentu dalam setahun. Jika engkau menginginkan buah ini di musim dingin, engkau bodoh. Jika engkau menginginkan putra atau temanmu ketika tidak lagi diizinkan untukmu, engkau harus tahu bahwa engkau menginginkan buah ara di musim dingin.

4.     Kebahagiaan dan kebebasan dimulai dengan pemahaman yang jelas tentang satu prinsip. Beberapa hal berada dalam kendali kita, dan beberapa tidak. Hanya setelah kita pahami aturan mendasar ini, dan belajar membedakan antara apa yang kita bisa dan tidak bisa kendalikan, ketenangan batin dan keefektifan menjadi mungkin.

5.     Jangan berharap segalanya terjadi seperti yang engkau inginkan, namun terimalah segalanya yang terjadi, maka hidupmu akan tenang.

6.     Jangan biarkan pikiranmu tentang keseluruhan hidupmu menghancurkanmu. Jangan isi pikiranmu dengan segala hal buruk yang mungkin masih akan terjadi. Tetap fokus pada situasi saat ini, dan tanyakan pada diri sendiri mengapa tak tertahankan dan rasanya tidak dapat bertahan.

7.     Apapun yang dilakukan atau dikatakan orang. Aku harus tetap menjadi zamrud dan mempertahankan warnaku.

8.     Meskipun benar seseorang dapat menghalangi tindakan kita, mereka tidak dapat menghalangi niat dan sikap kita, yang memiliki kekuatan untuk berubah dan dapat beradaptasi. Karena pikiran menyesuaikan dan mengubah hambatan apapun menjadi sarana untuk mencapainya. Apa yang merupakan penghalang tindakan di ubah menjadi jembatan petunjuk jalan.

9.     Betapa jauh lebih berbahaya konsekuensi dari kemarahan dan kesedihan daripada yang membangkitkannya dalam diri kita.

10.  Kami menangis kepada Tuhan, bagaimana kami bisa lolos dari penderitaan ini? Bodoh, kau tidak punya tangan? Atau mungkin Tuhan lupa memberimu sepasang?

11.  Jangan malu saat membutuhkan bantuan. Engkau memiliki kewajiban untuk dipenuhi, seperti seorang prajurit di tembok pertempuran. Jadi bagaimana jika engkau terluka dan bisa memanjat tanpa bantuan prajurit lain?

12.  Saat engkau tersiksa oleh sesuatu dari luar dirimu, rasa sakit itu sebenarnya bukan dari sesuatu itu sendiri, namun dari anggapanmu terhadapnya. Dan engkau memiliki kekuatan untuk mencabutnya kapan pun engkau mau. Tolak rasa sakitmu dan rasa sakit itu akan lenyap.

13.  Saat engkau melawan orang yang tidak tahu malu, tanyakan kepada dirimu hal ini; Apakah mungkin di dunia ini bersih dari tindakan tidak tahu malu? Tidak. Maka jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin. Selalu ada orang yang tidak tahu malu di dunia, dan ini adalah salah satunya. Hal yang sama lakukanlah untuk seseorang yang jahat, tidak dapat dipercaya, atau kerendahan moralnya. Mengingat bahwa di seluruh dunia ini pasti beda-beda kelas moral. Akan lebih membuatmu toleran terhadap penghuninya.

14.  Merasa sayang kepada orang lain, meskipun melakukan banyak kesalahan adalah sifat unik manusia. Engkau dapat melakukannya, cukup dengan mengaku bahwa mereka juga manusia. Mereka melakukan itu karena tidak sadar, berlawanan dengan kata hati mereka, dan kita semua akhirnya akan sama-sama mati tidak lama lagi. Dan di atas semuanya mereka tidak benar-benar menyakitimu, mereka tidak melenyapkan kemampuanmu untuk memilih.

15.  Jangan biarkan masa depan mengganggumu. Engkau pasti akan menghadapinya, jika perlu dengan senjata yang sama yang hari ini menjadi senjatamu melawan masa kini.

16.  Jika ada sesuatu yang menghalangimu untuk mencapai tujuan tepat waktu, itu adalah kesempatan untuk melatih kesabaran. Jika seseorang menyakitimu, itu adalah kesempatan untuk berlatih memaafkan. Jika ada sesuatu yang sulit merintangimu, itu adalah kesempatan untuk menjadi lebih kuat.

Dari uraian tips di atas, tentu saja ada kalimat-kalimat yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi setiap orang, karena penyebab stres bisa berbeda-beda. Namun, saya yakin akan ada banyak faedah dan manfaat yang bisa diperoleh apabila kita mau merenungi dan memahami panduan yang disampaikan oleh Marcus Aurelius dan Epictetus.

Sejalan dengan berbagai tips yang telah disebutkan sebelumnya, dalam menjaga kesehatan dan ketenangan hati, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin juga menjelaskan beberapa tahapan penting yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Tujuannya adalah agar jiwa senantiasa terbebas dari rasa stres maupun kejiwaan lainnya. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: taubat dan tazkiyatul nafs (penyucian jiwa), zuhud dan qonaah (sifat melepaskan diri dari dunia dan merasa cukup), riyadah dan mujahadah (latihan dan perjuangan jiwa), khauf dan raja’ (takut dan berharap kepada Allah), serta diakhiri dengan sabar, dan tawakal (kesabaran dan berserah diri kepada-Nya).

Akhirnya, melalui tulisan ini saya berharap para pembaca diberikan kemudahan dalam memahami isi dan mendapatkan keleluasaan untuk berpikir jernih dalam menghadapi semua ujian dan cobaan kehidupan di dunia. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan pertolongan, serta kekuatan lahir batin kepada kita semua. Aamiin Yaa Rabbal’alammin. EAS.

Sabtu, 19 April 2025

KEHILANGAN

 

https://depositphotos.com/id/photos/kehilangan-seseorang.html

Tulisan kali ini berkisah tentang kata “kehilangan”. Entah itu kehilangan dalam arti yang sesungguhnya, ataupun kehilangan rasa dari pribadi seseorang. Kehilangan bisa dikatakan sebagai pengalaman yang lumrah dan kerap kali dialami oleh setiap orang di muka bumi.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu definisi dari kehilangan. Sebab, pada dasarnya, setiap orang tentu pernah mengalami kehilangan, dalam berbagai bentuk dan situasi.

KBBI mendefinisikan kehilangan sebagai bentuk pasif dari menghilangkan, atau menderita sesuatu karena hilang. Kehilangan juga bisa diartikan sebagai tindakan atau fakta tidak mampu menjaga atau memelihara sesuatu atau seseorang. Kehilangan merupakan hukum alam, bahwa apa yang kita miliki adalah titipan, tidak akan kekal selamanya.

Kehilangan memang merupakan pengalaman yang menyakitkan, namun dengan mengingat ayat-ayat Al-Qur'an dan mempercayakan diri kepada Allah, kita dapat menemukan kedamaian dan ketenangan dalam hati. Ayat-ayat quran yang membahas tentang kehilangan di antaranya adalah: surah Al-Baqarah ayat 155-157, surah Ali 'Imran ayat 169, surah Al-Insyirah ayat 5-6, Surah Ar-Ra'd ayat 28, dan surah An-Nahl ayat 96. Ayat-ayat ini menekankan pentingnya sabar, ikhlas, dan mengingat Allah dalam setiap ujian dan cobaan, termasuk kehilangan. 

Menurut saya, kehilangan adalah perasaan ditinggalkan oleh sesuatu atau seseorang yang dianggap milik kita. Misalnya ditinggalkan oleh harta benda, orang yang kita cintai, jabatan, cinta kasih, maupun kepercayaan dari orang lain. Semua peristiwa tersebut meninggalkan hati yang sedih, kecewa, bahkan terluka.

Kita menganggap harta benda yang kita miliki bukan titipan Allah sehingga ketika Allah mengambilnya kembali kita sangat merana. Keluarga yang berada dekat dengan kita akan selamanya berada dalam pelukan, namun ternyata mereka akan meninggalkan kita karena dipanggil pulang oleh Sang Maha Khalik. Begitupula jabatan, cinta kasih, atau kepercayaan dari orang lain, akan meninggalkan kita sesuai batas waktu yang telah ditentukan.

Kilas balik dengan pengalaman saya yang merasakan kehilangan segalanya. Dunia seakan kiamat, kehidupan pun hampa, dan tidak lagi mempunyai harapan untuk bahagia. Ketika tahun 1998, sekitar bulan Mei. Ibuku meninggal dunia dikarenakan mempunyai penyakit liver akut. Kesedihan dan luka hati masih sangat terasa sampai sekarang. Walaupun puluhan tahun sudah berlalu, namun rasa sakit kehilangan masih melekat erat dalam sanubari.

Saya kehilangan orang yang paling dicintai, kehilangan rasa cinta kasih seorang ibu, kehilangan doa-doa yang selalu dipanjatkan setiap sujud dalam salatnya. Dunia pun gelap gulita namun memaksa diri untuk segera bangkit dari keterpurukan. Waktu itu saya merasakan depresi yang sangat luar biasa, krisis kepercayaan kepada Allah SWT. Dalam hati selalu bertanya, “Mengapa semua ini terjadi padaku?”

Kejadian tersebut menimpa ketika saya masih duduk di bangku SMA kelas 2 pada salah satu SMAN di Kota Bandung. Titik kesedihan yang paling dalam terjadi padaku, sampai ingin menyusul kepergian ibuku.

Tidak mudah bagi saya, bangkit dari kesedihan karena kehilangan seorang ibu. Namun, secara perlahan Allah membimbingku untuk terus melanjutkan hidup dengan menelan kepahitan. Sering saya mendengar pesan moral dan nasihat dari bapak, keluarga besar, guru-guru, para ustad, dan teman-temanku bahwa dibalik semua yang terjadi ada hikmah yang Allah berikan pada kita. Saya hanya menangis dan berpikir bahwa mereka dapat berbicara seperti itu, karena tidak merasakan apa yang aku rasakan. Namun ada satu kalimat dari temanku yang membuat saya bangkit lagi yaitu “Andai ibumu masih hidup dan masih tinggal bersamamu, dia akan menderita karena sakitnya.”

Kalimat tersebut yang menusuk jantungku, karena memang benar andaikan ibuku bertahan hidup pasti sedang menderita, mungkin dalam jangka waktu yang panjang. Karena para dokter sudah tidak bisa menanganinya lagi, apalagi saya yang hanya seorang gadis muda yang tidak tahu menahu tentang pengobatan. Tentunya saya tidak akan sanggup melihat orang yang paling dicintai menderita dalam waktu lama, sementara saya tidak mampu menolong sedikit pun.

Hari demi hari saya lalui tanpa keberadaan seorang ibu, pahit dan sulit dirasakan namun semuanya harus saya jalani. Saya masih mencari makna dan hikmah dari kepergian ibuku. Tiga tahun kemudian, ketika saya masih di bangku kuliah semester tiga, saya memutuskan untuk menikah. Keputusan yang sangat sulit namun saya yakin akan memperbaiki kisah hidupku.

Gadis muda yang polos tanpa pengalaman atau pengetahuan apapun tentang berumah tangga malah mendapat ujian dan cobaan yang beragam. Ternyata dengan menikah masalah hidup bukannya berkurang namun bertambah. Alhamdulillah, karena persamaan prinsip dan keyakinan yang saya miliki bersama suami, masalah besar menjadi kecil dan masalah kecil menjadi tidak ada. Walau demikian, saya belum sepenuhnya menyadari hikmah dari kehilangan ibuku.

Saya tidak putus asa, selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT agar ditunjukkan hikmah dari kehilangan ibuku. Kini ketika usia pernikahanku sudah mencapai puluhan tahun (24 tahun) lamanya, baru menyadari sepenuhnya tentang segala hikmah dan makna dari kehilangan ibuku. Mungkin dulu juga sudah banyak hikmahnya, namun sayang saya tidak pernah menyadarinya. Di antara hikmahnya yaitu: saya menjadi wanita kuat, hebat, mandiri, tangguh, dan mampu bertahan dalam kepahitan hidup, dan yang paling penting saya tumbuh menjadi wanita yang tidak pernah putus asa dan pantang menyerah dalam segala hal. Bila ibuku masih ada, kemungkinan besar saya tidak akan menjadi sekuat ini dalam menjalani kehidupan.

Sesi kedua kehilangan mendalam yang saya alami adalah kehilangan bapak tercinta. Tepatnya pada hari Kamis, 10 April 2025, bapak meninggalkan kami semua. Peristiwa itu membuatku terpukul dan menempatkan pada kesehatanku yang memburuk. Sedih yang saya rasakan sampai ke dasar hati. Sakit memang, sedih juga betul, namun mungkin tidak sesakit ketika ditinggalkan ibu dahulu. Mungkin dikarenakan saya sudah dewasa, sehingga dapat mengendalikan emosi jiwa, atau mungkin telah mendapatkan kesakitan yang melebihi peristiwa ini.

Dari pengalaman hidup yang saya lalui, dengan mudah saya mendapatkan makna dan hikmah di balik semuanya. Ibu dan bapakku bukan milikku, mereka titipan yang Allah berikan pada kami anak-anaknya. Dan ketika mereka diambil kembali oleh pemiliknya tentunya kami harus merelakannya. Tidak saya pungkiri, air mata tidak henti-hentinya membasahi pipi disebabkan kesedihan ditinggalkan bapak. Namun saat ini saya lebih ikhlas dan ridha atas takdir yang diberikan-Nya.

Satu hal yang tidak pernah lepas dari hati, adalah kerinduan yang mendalam terhadap ibuku, dan mungkin sekarang kerinduan itu menjadi bertambah kepada bapak. Sudah puluhan tahun berlalu ditinggalkan oleh ibuku, namun kerinduan di hati tetap menyala. Nama ibuku tetap hadir dalam setiap langkahku, dalam setiap kalimat yang saya tuliskan, dalam buku yang saya terbitkan selalu ada nama ibuku menghiasinya. Segala kenangan semasa hidup mendiang ibuku selalu hadir dan menari dalam anganku, dan sekarang menyusul kenangan bapak yang akan tetap hidup menemani hari-hariku selanjutnya.

Ya Allah, Ya Tuhanku, terima kasih Engkau telah memberikan seorang Ibu dan Bapak yang hebat dan luar biasa pada kami. Biarkanlah kerinduan ini tetap abadi dan tersimpan dalam setiap doa pada-Mu. Peluklah mereka dalam cinta kasih-Mu, selamatkan mereka dari siksa kubur dan siksa api neraka, Aamiin Yaa Rabbal’alaamiin. Akhirnya semua kehilangan harus diterima dengan seikhlas-ikhlasnya. Mei, 1998; April, 2025. EAS.

SURAT CINTA FILSUF

  https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures                Cinta adalah anugerah   terindah yang diberikan oleh Sa...