https://www.instagram.com/natgeoindonesia/reel/Czaa1apIRPh/?next=FkultursebihaF&hl=zh
Satu
nama yang akan saya angkat dalam tulisan kali ini adalah Hypatia Of Alexandria.
Mengapa saya tertarik dengan nama ini? Mari kita telusuri lebih jauh sosok luar
biasa di balik nama tersebut.
Saya
telah mencari beberapa referensi dan sumber terkait nama Hypatia of Alexandria
(Hypatia dari Alexandria). Seperti biasa, saya tidak akan mengkaji secara mendalam
ilmu-ilmu yang di ajarkan oleh beliau dalam tulisan ini. Sebaliknya, saya lebih
fokus pada hikmah-hikmah dang pesan-pesan umum yang ditinggalkan oleh Hypatia.
Hypatia
dari Alekxandria lahir sekitar tahun 350-415 M Mesir. Ayahnya bernama Theon,
adalah seorang matematikawan dan astronom terkenal pada masanya. Hypatia
belajar matematika, astronomi, dan filsafat dari ayahnya. Ia juga mempelajari
filsafat Plato dan Aristoteles. Selain belajar dari ayahnya, Hypatia juga berguru
kepada beberapa tokoh ternama lainnya, yaitu: Eutocius dari Ascalon
(matematika), Hierocles dari Alexandria (filsafat), Plutarkhos dari Athena
(filsafat), dan Isidorus dari Alexandria (filsafat dan matematika).
Hypatia
dari Alexandria adalah seorang matematikawan, astronom, dan filsuf Yunani Kuno
yang hidup di Alexandria, Mesir. Ia merupakan salah satu tokoh perempuan
terkemuka dalam sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat kuno. Hypatia menjadi
profesor matematika dan filsafat di Sekolah Museum Alexandria, salah satu pusat
ilmu pengetahuan terkemuka pada masa itu.
Hypatia
dikenal karena kontribusinya dalam bidang matematika, astronomi, filsafat, dan
ilmu pengetahuan lainnya. Beberapa pencapaiannya antara lain:
1.
Matematika: ia
menulis komentar tentang karya Diophantus dan Apollonius dari Perga.
2.
Astronomi: ia
membuat perhitungan astronomi dan memperbarui karya Ptolemaeus.
3.
Filsafat: ia
mengembangkan pemikiran filsafat Plato dan Aristoteles.
4. Ilmu Sains: ia membuat Astrolabe, Planeshere (peta bintang/langit), Hydroscope (alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis).
Namun
di akhir hidupnya, Hypatia harus menghadapi eksekusi tragis yang dilakukan oleh
pemerintahan setempat. Ia meninggal pada tahun 415 M, dibunuh oleh sekelompok
orang Kristen yang dipimpin oleh Patriark Cyril dari Alexandria. Kematian
Hypatia menandai akhir dari zaman keemasan ilmu pengetahuan dan filsafat di
Alexandria.
Ada
banyak tuduhan yang menyebabkan Hypatia dieksekusi. Beberapa di antaranya adalah: (1) mempertanyakan
keimanan agama formal; (2) mengkaji female goddesses (paganism); (3) pandangan-pandangan
Neo-Platonik; (4) pemikirannya dalam memandang kedudukan tatasurya yang
heliosentris; (5) dianggap sebagai wanita tukang sihir.
Tuduhan-tuduhan
tersebut dihembuskan oleh Pendeta
Patriark Cyril. Pada masa itu, agama Kristen telah menjadi agama resmi pemerintahan
yang wajib diikuti oleh seluruh rakyat. Agama-agama lain dianggap sebagai
aliran sesat dan diberantas.
Hypatia
adalah seorang wanita yang sangat pintar dan cantik. Konon, kepintarannya melampaui kepintaran ayahnya dalam bidang
matematika, fislafat, dan astronomi. Ia memiliki banyak murid terutama murid
laki-laki. Perkuliahannya selalu dipenuhi oleh orang-orang yang datang dari
pelosok negeri untuk belajar darinya, baik yang beragama Pagans, maupun agama
Kristen.
Karena
kecantikannya, beberapa muridnya dikabarkan jatuh cinta kepadanya. Namun,
Hypatia mengabaikan semua perasaan itu, karena cintanya sepenuhnya dicurahkan pada
ilmu pengetahuan dan kepada Tuhannya. Ada mantan murid yang kemudian berbalik
memusuhinya, tetapi banyak pula yang tetap menghormati dan mengaguminya.
Hari-hari
Hypatia dihabiskan untuk berbagai penelitian ilmiah dan semua hasil
penelitiannya disimpan di Sekolah Museum Alexandria. Ada juga sumber yang
menyebutkan bahwa Hypatia juga sangat mumpuni dalam bidang sastra dan musik. Kepintarannya
sungguh luar biasa, bahkan mampu melampaui banyak laki-laki di masanya. Hypatia
begitu pintar hingga mampu menghubungkan dalil Pythagoras dengan hal-hal spiritual yang
berkaitan dengan ke-Tuhanan. Namun, justru inilah yang menjadi malapetaka
baginya. Tuduhan sebagai wanita tukang sihir pun dilontarkan kepadanya, karena
dianggap tidak sejalan dengan kepercayaan yang dominan pada waktu itu..
Berawal
dari kepintaran Hypatia yang melampaui banyak kaum laki-laki, namanya pun melambung
tinggi. Namun, hal ini yang memicu rasa iri dan dengki dari Pendeta Cyril, seorang
guru agama di kota Alexandria. Pendeta Cyril mengeluarkan fatwa sesat terhadap Hypatia,
melarangnya untuk mengajar, dan memerintahkannya untuk menghentikan penelitian
di berbagai bidang ilmu.
Akhirnya,
pada tahun 415 M, Hypatia ditangkap oleh sekelompok orang suruhan Pendeta Cyril.
Ia diseret dan disiksa sepanjang jalan. lalu dibawa ke sebuah pendopo. Di sana, Hypatia dibunuh
secara keji dengan cara dimutilasi, dan mayatnya dibakar untuk “menghapus”
semua ilmu sihir yang dituduhkan padanya.
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa tidak ada satu orang pun yang menolong
Hypatia? Mungkin masyarakat pada saat itu merasa ketakutan terhadap sekelompok
orang yang menangkap dan menyeretnya. Kelompok tersebut adalah para suruhan pendeta
Cyril, yang berkuasa besar atas kehidupan beragama di kota Alexandria.
Dari
kisah Hypatia, kita dapat mengambil hikmah bahwa kecantikan dan kepintaran
seseorang tidak selalu menjamin kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Buktinya, Hypatia
wanita yang sangat pintar, sangat cantik, sangat feminim, memiliki banyak
murid, dan lahir dari keluarga terpandang.
Namun, semua itu justru berujung dengan malapetaka di akhir kehidupannya.
Saya
kutip beberapa quotes dari Hypatia sebagai pesan moral yang wajib di sampaikan
kepada seluruh dunia.
1.
“Reserve your
right to think, for even to think wrongly is better than not to think at all.”
(Pertahankan
hakmu untuk berpikir, karena bahkan berpikir dengan cara yang salah lebih baik
daripada tidak berpikir sama sekali.)
2.
“All formal
dogmatic religions are fallacious and must never be accepted by self-respecting
persons as final.”
(Semua
agama dogmatis itu keliru dan tidak boleh diterima begitu saja oleh orang-orang
yang menghargai dirinya sebagai kebenaran yang mutlak.)
3.
“To rule by
fettering the mind through fear of punishment in another world is just as base
as to use force.”
(Menguasai
dengan membelenggu pikiran melalui rasa takut akan hukuman di dunia lain sama
rendahnya dengan menggunakan kekerasan.)
4.
“Life is an
unfoldment, and the further we travel the more truth we can comprehend. To
understand the things that are at our door is the best preparation for understanding
those that lie beyond.”
(Hidup adalah
sebuah perkembangan, dan semakin jauh kita berjalan, semakin banyak kebenaran
yang bisa kita pahami. Memahami hal-hal yang ada di depan kita adalah persiapan
terbaik untuk memahami yang ada di luar sana.)
Itulah beberapa quotes dari Hypatia
yang menginspirasi dunia untuk berpikir dan merenungkan berbagai kejadian yang
terjadi di muka bumi ini. Terlepas dari apakah kita sepenuhnya memahami atau
tidak arah narasi Hypatia yang sebenarnya, pesan-pesannya tetap mengajak kita
untuk terus mencari kebenaran dan merenungi makna kehidupan.
Kematian Hypatia menandai berakhirnya
zaman keemasan ilmu pengetahuan dan filsafat di Alexandria. Setelah eksekusi
kepada Hypatia, muncul eksekusi-eksekusi lainnya yang menimpa para ilmuwan yang
hidup setelahnya. Hypatia dianggap sebagai salah satu tokoh perempuan terpenting
dalam sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia juga menjadi simbol perjuangan
intelektual melawan dogma. Kisah hidupnya telah diabadikan dalam berbagai karya
seni dan sastra, menjadikannya inspirasi yang abadi bagi banyak generasi.
Sebagai seorang wanita, saya patut bersyukur
karena tidak dianugerahi kecantikan dan kepintaran yang luar biasa seperti
Hypatia. Sebab, segala sesuatu yang bermakna “terlalu” baik itu kecantikan
maupun kepintaran ternyata dapat membawa
kepahitan dan penderitaan dalam hidup.
Bagi
para pembaca yang masih penasaran dengan keseluruhan hidup Hypatia, Anda dapat
mencari referensi lebih lengkap untuk mengetahui atau mempelajari ajaran-ajaran
yang pernah di ajarkannya. Kisah hidup Hypatia juga telah diadaptasi ke dalam
sebuah film pada tahun 2009 dengan judul “AGORA”. Meskipun film ini
banyak mengandung unsur fiksi dan hanya menggambarkan sebagian kecil kehidupannya,
setidaknya AGORA dapat memberikan gambaran tentang kehidupan di masa
Hypatia, khususnya di kota Alexandria. (EAS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar