Rabu, 05 Februari 2025

Kindness Strategy

 


https://www.tokopedia.com/the-kindness-method-the-highly-effectivutm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=pdp

Tulisan kali ini terinspirasi oleh presentasi, Prof. H. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd., yang menyoroti pentingnya penerapan Kindness Strategy dalam  mendidik anak-anak, dibandingkan metode tradisional berbasis reward (penghargaan) dan punishment (hukuman). 

Tergerak hati saya untuk mencari tahu, Apa itu Kindness Strategy? Apa kelebihan Kindness Strategy dibandingkan reward and punishment? Dengan dua pertanyaan tersebut, saya membuka beberapa tulisan yang membahas kajian tersebut.

Kita amati satu persatu definisinya. Yang pertama definisi tentang kindness. Menurut sumber yang saya dapatkan kata kindness dalam bahasa Inggris berarti kebaikan dalam bahasa Indonesia. Kebaikan merupakan nilai moral yang positif dalam banyak budaya dan masyarakat di seluruh dunia. Beberapa contoh tindakan yang menunjukkan kebaikan adalah:

1.     Membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan

2.     Berbicara dengan kata-kata yang baik

3.     Menunjukkan pengertian dan toleransi terhadap orang lain

4.     Menunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih

5.     Melakukan hal yang benar

6.     Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri

7.     Merawat seseorang yang membutuhkan

8.     Memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakuakn.

Dalam kamus Psikologi (Pam, 2013) Kindness sebagai tindakan yang baik dan bermanfaat yang secara sengaja ditujukan kepada orang lain, yang dimotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain dan bukan untuk mendapatkan imbalan secara eksplisit atau untuk menghindari hukuman secara eksplisit.

Sinonim dari kindness menurut Kamus Merriam adalah altruisme. Kindness dan altruisme adalah konsep terkait yang melibatkan perbuatan baik kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Jadi, menurut saya, yang menjadi tolok ukur dari kindness ini adalah perbuatan baik dan tulus yang dilandasi oleh perilaku kasih sayang.

Sedangkan Kindness Strategy menurut Prof. H. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd., adalah pendekatan yang berfokus pada pengasuhan berbasis kasih sayang, empati, dan pemahaman. Dalam pendekatan ini, anak dibimbing untuk memahami nilai moral dari tindakannya bukan hanya sekadar mengejar hasil.

Misalnya, guru atau orang tua dapat mengajak anak berdialog tentang pentingnya datang tepat waktu ke sekolah untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain, bukan sekadar takut dihukum atau ingin hadiah.

Menurut Prof. Dedi, pendekatan ini membantu anak memahami alasan mendasar di balik aturan atau norma sosial yang mereka jalani, sehingga tumbuh kesadaran intrinsik untuk berperilaku baik. Mengapa guru perlu mempertimbangkan untuk beralih menggunakan Kindness Strategy? Karena melalui kindness stategy siswa akan melakukan tindakan sesuai kesadaran diri yang akhirnya membentuk sebuah karakter.

Ada sumber lain yang berkaitan dengan definisi Kindness Strategy, yaitu menurut Sujaya, S.Pd.Gr. Menurut Sujaya, Kindness Strategy adalah pendekatan yang menekankan pentingnya kebaikan, empati dan hubungan yang positif antara guru, siswa, dan komunitas sekolah. Strategi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan emosional, sosial, dan akademik siswa.

Berikut adalah beberapa komponen utama dari kindness strategy:

1.     Membentuk budaya positif di sekolah

2.     Mengajarkan empati dan kesadaran emosional

3.     Membangun hubungan positif

4.     Mengintegrasikan kebaikan dalam kurikulum

5.     Memberikan dukungan sosial dan emosional

6.     Mendorong tindakan kebaikan yang sederhana

7.     Kolaborasi dengan orang tua dan komunitas

Menurut pendapat saya, Kindness strategy ini sangat baik apabila dapat dipraktikkan secara nyata di lingkungan satuan pendidikan. Yang saya tahu, selama ini guru-guru, khususnya saya sendiri, melaksanakan pendekatan secara reward and punishment. Untuk mendisiplinkan para siswa, kami menerapkan aturan yang berbasis pada hadiah (penghargaan) dan hukuman (sanksi). Siswa yang berhasil menjalanakn aturan dengan baik diberi penghargaan, sedangkan siswa yang melanggar aturan diberi hukuman. Penghargaan dan hukuman tersebut saya anggap sebagai suatu konsekuensi yang harus diterima dalam menjalankan semua tugas-tugas dan kewajibannya sebagai siswa di sekolah.

Sebelum kita melanjutkan pembahasan lainnya, mari kita lihat terlebih dahulu manfaat dari Kindness strategy. Pendekatan ini memiliki manfaat, di antarnya: meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan emosional siswa, membantu menciptakan lingkungan belajar aman dan mendukung, mengurangi konflik, dan meningkatkan kerja sama di antara siswa.

Prinsip dasar Kindness Strategy berfokus pada pengembangan nilai-nilai internal, seperti empati, kebaikan, dan hubungan positif. Tujuannya adalah membangun kesadaran dan tanggung jawab intrinsik siswa untuk berbuat baik tanpa paksaan eksternal. Dengan pendekatan ini, dimungkinkan siswa akan memiliki karakater posistif dalam kurun waktu yang panjang.

Sedangkan pendekatan Reward and Punishment menggunakan penguatan penghargaan atau hukuman untuk memotivasi perilaku tertentu. Tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa melalui konsekuensi langsung. Melalui pendekatan ini, siswa akan memiliki karakter yang positif dalam kurun waktu yang pendek.

Prof. H. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd., menjelaskan pengaruh negatif dari pendekatan reward and punishment yaitu siswa beresiko terjangkit penyakit Mitomania. Mitomania adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang berbohong secara terus menerus dan tidak terkendali. Mitomania juga dikenal sebagai gangguang kebohongan patologis dan bersifat kronis.

Ciri-ciri mitomania adalah: berbohong tanpa ada alasan yang jelas, berbohong secara berlebihan, berbohong tanpa keuntungan nyata, berbohong untuk menarik perhatian, berbohong untuk merasa lebih baik, berbohong yang dramatis dan kompleks, serta mempercayai kebohongan yang dibuatnya sendiri. Efek dari mitomania ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam menjaga hubungan sosial dan kehilangan kepercayaan dari orang lain.  

Melihat dampak negatif dari pendekatan reward and punishment ini ternyata sangat membahayakan. Sehingga saya berfikir kembali, apakah benar semua anak atau orang yang dididik dengan pendekatan reward and punishment akan memiliki penyakit mitomania? Namun, saya yang dilahirkan dan dibesarkan dengan pendekatan ini, sekarang baik-baik saja dan memiliki karakter yang positif. Atau mungkin penyakit tersebut tidak menyerang pada setiap orang, hanya orang-orang tertentu saja? Lantas orang yang bagaimana yang dapat terkena atau tidaknya?

Dalam penjelasan  Prof. H. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd. tidak ada orang yang spesifik yang dapat terkena atau tidaknya penyakit mitomania tersebut. Fokus yang diutarakan bahwa Guru harus beralih pada pendekatan Kindness strategy untuk mendidik para siswanya. Disamping itu, pendekatan reward and punishment akan melahirkan “karakter palsu” dalam diri siswa.

Coba kita lihat dalam konteks kehidupan sehari-hari; di dunia Pendidikan, dunia kerja, serta dalam pemahaman agama. Pendekatan reward and punishment yang selalu diutamakan. Misalnya, siswa yang disiplin, rajin belajar, ia akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter positif serta menjadi pintar. Oleh karena itu, mereka diberikan penghargaan oleh sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Sebaliknya, anak yang malas belajar, tidak diberi penghargaan atas kemalasannya, bahkan sering menerima cemoohan dari orang lain.

Guru yang baik dan disiplin dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) akan diberikan penghargaan oleh kepala sekolah seperti pemberian jabatan. Seorang pegawai yang rajin dan disiplin pasti akan diberi penghargaan berupa promosi jabatan, sementara yang melanggar tupoksinya akan dikenai sanksi. Bahkan, dalam agama, orang yang melakukan keburukan akan diberikan hukuman berupa neraka, sedangkan yang melakukan kebaikan akan diberikan surga.

Saya sendiri adalah orang yang dihasilkan dari didikan reward and punishment oleh orang tua maupun guru-guru di masa lalu. Saya selalu ingat nasihat kedua orang tua dalam melakukan segala sesuatu, yaitu: Ala bisa karena biasa, biasa karena terpaksa. Mungkin dari keterpaksaan inilah yang memungkinkan ada celah penyakit mitomania muncul dalam diri seseorang. Karena perasaan terpaksa tersebut, ketakutan muncul dalam hati, dan ketika melanggar suatu aturan, maka seseorang merasa perlu berbohong untuk mengamankan diri dari hukuman.

Memang benar, dengan adanya motivasi dari luar seperti unsur paksaan sebagai akibat pendekatan reward and punishment,  seseorang cenderung tidak melakukan secara ikhlas atau lillah. Segala sesuatunya diukur dari apa yang akan didapatkan apabila mengerjakannya, dan apa hukuman yang akan diterima bila tidak melakukannya. Hal ini menciptakan apa yang dinamakan karakter palsu. Karakter positif muncul ketika ada faktor eksternal atau orang yang dianggap berkuasa, Namun, ketika jauh dari faktor eksternal tersebut, karakter seseorang dapat berubah dan yang tampak adalah karakter asli mereka.

Untuk itu, diperlukan pengkajian dan pendalaman materi untuk melaksanakan pendekatan Kindness Strategy ini. agar tidak terjadi kesalahan baik dalam konsep maupun praktik pelaksanaannya di lapangan. Dibutuhkan guru yang benar-benar mempunyai rasa kasih sayang yang tulus dan ikhlas dalam mendisiplinkan serta mendidik siswa, tanpa mengharapkan balasan apapun kecuali balasan dari Allah SWT. (EAS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SURAT CINTA FILSUF

  https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures                Cinta adalah anugerah   terindah yang diberikan oleh Sa...