Kamis, 30 Januari 2025

Alexander The Great vs Diogenes

 


https://www.facebook.com/IKMnews/photos/a.1054410267915680/2528753697147989/

Kali ini, saya akan menuliskan kisah pertemuan antara Alexander The Great atau Alexander Agung dengan Diogenes. Alexander Agung adalah seorang raja, sementara Diogenes adalah orang dari kalangan rakyat biasa. Agar lebih mengenal siapa itu Alexander Agung dan Diogenes ada baiknya saya menceritakan terlebih dahulu asal-usul keduanya.

Menurut sumber yang saya dapatkan, Alexander Agung atau Aleksander III dari Macedonia yang hidup antara 21 Juli 356 SM-10-11 Juni 323 SM. Ia adalah putra Raja Philip II dari Macedonia. Alexander naik takhta sebagai raja pada 336 SM dan kemudian menaklukkan sebagian besar wilayah dunia yang dikenal pada masanya. Gelaran “Agung” setelah namanya menyatakan pengakuan baik atas kejeniusan militer maupun kecakapan diplomatis. Selain itu, Alexander memiliki reputasi sebagai penyebar budaya, bahasa, serta pemikir (filosofis) Yunani di sepanjang wilayah Asia Kecil, Mesir, Mesopotamia hingga India. Ia juga dianggap sebagai penggerak awal dimulainya era yang disebut sejarah dengan “Dunia Helenis” (Hellenistic World).”

Pada usia 14 tahun, Alexander diperkenalkan kepada filsuf Yunani, Aristoteles, yang disewa oleh ayahnya sebagai tutor pribadi. Calon penakluk dunia ini belajar di bawah bimbingan Aristoteles selama tiga tahun, dan keduanya tetap menjalin korespondensi meskipun Alexander kemudian disibukkan dengan kampanye militernya.

Banyak sumber yang menyebutkan bahwa Alexander Agung tidak pernah kalah dalam upayanya memperluas wilayah kekuasaanya. Hal ini disebabkan oleh kejeniusannya dalam mengatur strategi peperangan, kepiawaiannya dalam diplomasi, serta pemahamannya yang mendalam tentang filsafat. Jika megacu pada pernyataan dari Plato (guru dari Aristoteles), seorang pemimpin ideal adalah mereka yang memiliki ilmu filsafat yang mumpuni atau seorang filsuf. Pernyataan ini sangat sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada Alexander Agung. Terbukti, dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, Alexander Agung selalu dihormati dan disegani oleh seluruh masyarakat di wilayah taklukannya. Ia bahkan mampu memperluas kekuasaannya mencakup sepertiga dunia pada masanya.

Sekarang, saya akan mengulas tentang asal usul Diogenes. Berdasarkan sumber yang saya peroleh,  Diogenes dari Sinope hidup sekitar 412-323 SM. Ia merupakan seorang filsuf mazhab Sinisme  dalam tradisi filsafat Yunani. Diogenes dikenal karena kebiasaannya berjalan sambil membawa lentera di hadapan warga Athena, seraya menyatakan bahwa ia sedang mencari orang yang benar-benar jujur. Diogenes berpendapat bahwa kebajikan tertinggi tercapai ketika manusia memiliki rasa puas terhadap dirinya sendiri serta mampu mengabaikan segala bentuk kesenangan duniawi.

Diogenes dari Sinope adalah figur yang paling terkenal dari Mazhab Sinisme, bahkan melebihi Antisthenes yang merupakan pendiri mazhab tersebut. Ia lebih dikenal  justru karena perilaku-perilakunya ketimbang pemikiran filsafatnya. Dengan demikian, ia telah mengembangkan suatu metode pendidikan baru yang disebut epigram moral (chreia), yaitu pengajaran melalui kisah-kisah dengan kehidupan nyata.

Konon, kemasyhuran nama Diogenes yang membuat Raja Alexander Agung penasaran, sehingga ia menyempatkan diri untuk mengunjungi Diogenes sebelum berangkat memperluas wilayah taklukannya. Saat itu, Diogenes sedang berada dalam tong, ditemani seekor anjing yang setia. Dari pertemuan ini, terjadilah dialog yang sangat terkenal dalam sejarah dan filsafat hingga hari ini. Berikut adalah percakapan umum yang terjadi antara Alexander Agung dan Diogenes.

Alexander: “Aku adalah Alexander, raja Macedonia dan penguasa dunia. Aku datang untuk melihatmu, Diogenes.”

Diogenes: “Dan aku adalah Diogenes, anjing yang hidup di dalam tong, Aku tidak membutuhkanmu, Alexander.”

Alexander: “Aku ingin tahu, apa yang kamu inginkan dari aku?”

Diogenes: “Aku ingin kamu menjauhkan bayanganmu dari matahari. Kamu sedang menghalangi cahaya matahari yang menghangatkan tubuhku.”

Alexander: “Aku tidak pernah menemui orang seperti kamu sebelumnya. Kamu tidak takut padaku, tidak menghormatiku, dan tidak meminta apa-apa dariku?”

Diogenes: “Aku tidak membutuhkan apa-apa darimu, Alexander. Aku sudah memiliki apa yang aku butuhkan. Aku hidup sederhana dan bahagia dengan apa yang aku miliki.”

Alexander: “Aku sangat menghormatimu, Diogenes. Kamu adalah orang yang benar-benar bebas.”

Diogenes: ”Lalu, kemanakah kamu akan pergi, Alexander?”

Alexander: “Aku akan berangkat untuk memperluas wilayahku. Aku ingin menakklukan seluruh dunia menjadi daerah kekuasaanku.”

Diogenes: “Untuk apa kamu lakukan penyerangan-penyerangan itu? Dan ketika dunia sudah kamu taklukkan lantas kamu mau apa?”

Alexander: “Jika aku sudah menaklukkan seluruh dunia menjadi daerah kekuasaanku, aku akan senang dan bahagia serta dapat beristirahat dengan tenang.”

Diogenes: “Dunia itu sangat luas Alexander, tak mungkin kamu bisa menguasai seluruhnya. Bahkan nyawamu tidak cukup panjang untuk menaklukannya. Lagipula untuk menjadi senang dan bahagia tidak harus menaklukan dunia dulu, contohnya aku hanya diam di tong sampah sambil berjemur, aku sudah senang dan bahagia.”

Alexander: “Ketahuilah Diogenes, seandainya aku bukan Raja Alexander Agung, aku ingin menjadi Diogenes.”

Diogenes: “Seandainya aku bukan Diogenes, aku juga ingin tetap menjadi Diogenes.”

Diceritakan dalam percakapan antara Alexander Agung dan Diogenes tersebut, tidak ada pergerakan apa pun yang dilakukan oleh Diogenes. Bahkan ketika berbicara pun, Diogenes tidak memandang ke arah Alexander. Ia malah berbicara kepada anjingnya yang berada di sampingnya. Semua ucapan Diogenes sangat sinis dan apa adanya. Tidak ada kalimat penghormatan atau gestur tubuh yang menunjukkan rasa takut pada Alexander. Namun, Alexander, yang awalnya merasa jengkel dengan tingkah laku Diogenes, akhirnya menyadari siapa orang yang sedang dihadapinya. Hal ini disebabkan pula karena  Alexander mengetahui dengan jelas bahwa Diogenes adalah seorang pengikut ajaran Socrates.

Dalam catatan saya, ada banyak hikmah dari sosok Diogenes, meskipun ia tidak meninggalkan karya berbentuk buku atau sejenisnya. Namun ia, memberikan contoh-contoh perilaku yang konsisten dan  dibuktikan sendiri dalam kehidupan sehari-harinya. Saya akan menuliskan beberapa pernyataan yang berasal dari Diogenes, yang hingga saat ini masih sering saya dengar dan relevan bagi kehidupan sehari-hari. Saya tidak mengetahui jika pernyataan ini di ucapkan pertama kalinya oleh Diogenes. Tetapi yang pasti, pernyataan-pernyataan ini tetap mengandung makna yang mendalam.

1.     Manusia adalah manusia paling cerdas dan paling tolol.

2.     Kita punya dua telinga dan satu mulut sehingga kita bisa mendengar lebih banyak dan bicara lebih sedikit.

3.     Tidak ada orang yang dapat tersakiti, kecuali oleh dirinya sendiri.

4.     Kalau kamu ingin selalu dalam kebenaran, milikilah sahabat yang baik atau musuh bebuyutan. Sahabat yang baik akan memperingatkanmu, dan musuh bebuyutan akan membongkar dirimu.

5.     Filosof dan Anjing: melakukan yang terbaik dan mendapat balasan paling sedikit.

6.     Bukannya aku gila, hanya saja isi kepalaku berbeda dengan isi kepalamu.

Saya akan menuliskan juga satu Quote dari Diogenes yang sedikit nyeleneh namun benar adanya, yaitu: “In a rich man’s house, there is no place to  spit but his face.”

Sekarang kita lihat satu Quote sekaligus amanat dari raja Alexander Agung: “Kuburkan aku dan jangan buat monumen apapun. Biarkan tanganku tampak menjulur keluar sehingga orang-orang tahu, ia yang menakklukkan dunia tidak membawa apapun saat mati.”

MasyaAllah, sungguh luar biasa pesan moral yang saya dapatkan dari kedua tokoh ini. Dimana yang satu Raja Alexander Agung penakluk sepertiga dunia dan yang satu rakyat biasa, keduanya memberikan pencerahan bagi manusia di muka bumi. Meskipun keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kesamaan dalam hal prinsip hidup dan keyakinan yang teguh. Ini adalah salah satu hikmah besar yang bisa kita ambil dari kisah hidup mereka; bahwa kebijaksanaan dan keteguhan hati tidak bergantung pada status atau kedudukan, melainkan pada pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup yang luhur.(EAS).

Selasa, 28 Januari 2025

FATAMORGANA

 



https://artikula.id/eenput/menjadi-manusia-sempurna-perspektif-sufi/

Saya akan menuliskan sebuah kisah yang terinspirasi dari beberapa peristiwa nyata dalm kehidupan sehari-hari. Para pembaca akan berkenalan dengan seorang tokoh yang bernama “Aku”. Silakan pahami dan nikmati cerita dalam tulisan ini dengan seksama. Selain itu, tokoh “Aku” ini tidak bertujuan untuk menyindir orang lain ataupun mempresentasikan “Aku” yang sebenarnya.

Aku berasal dari keluarga yang bisa dikatakan cukup mampu secara ekonomi. Ayahku seorang PNS di salah satu instansi kemiliteran, sedangkan ibuku seorang Guru PNS. Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, dan kebetulan kedua kakakku adalah perempuan. Wajar sekali ketika kedua orang tuaku sangatlah memanjakanku dalam banyak hal.

Banyak orang yang mengatakan bahwa paras wajahku luar biasa tampan dan rupawan, terutama menurut pandangan kedua orang tuaku dan kakak-kakakku. Perasaanku pun sependapat dengan itu; aku merasa memiliki ketampanan dari ayahku, serta kelembutan dari ibuku. Selain itu, aku adalah anak yang pintar, cerdas, rajin beribadah, penuh kasih sayang, bertanggung jawab, berani, disiplin, suka menolong orang yang kesusahan, dan tidak pernah putus asa dalam segala hal. Menurutku, semua itu adalah kelebihanku sebagai manusia di muka bumi.

Seingatku, sejak TK, SD, SMP, SMA, hingga masuk perguruan tinggi, aku selalu bersekolah di  sekolah negeri dan selalu mendapatkan peringkat pertama serta menjadi bintang kelas. Kata ibuku, semua pencapaian itu adalah hal yang wajar karena sejak kecil aku rutin mengikuti bimbingan belajar, les mengaji, les renang, les piano, dan sering dibimbing ataupun dididik langsung oleh kedua orang tuaku tentang kecakapan-kecakapan hidup yang berguna untuk masa depanku. Contohnya, aku dilatih menjahit pakaian dan memasak bersama kedua kakakku oleh ibu, kemudian dilatih bela diri oleh ayah. Semua yang aku pelajari dapat kupahami dan kuapliaksikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika aku berusia sekitar 12 tahun, aku mengikuti les tahfidz Qur’an dengan seorang ustaz yang didatangkan langsung ke rumah oleh ayahku. Hasilnya, aku berhasil menghafal beberapa juz Al-Qur’an, dan itu membuat kedua orang tuaku semakin sayang padaku. Tampan, pintar, cerdas, baik, penyayang, dan soleh, itulah kata-kata yang sering diucapkan oleh orang-orang yang mengenalku. Meskipun demikian, aku tak pernah merasa tinggi hati ataupun sombong kepada orang lain.

Singkat cerita, aku melanjutkan pendidikan ke salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Bandung  dan mengambil jurusan Pendidikan Kimia. Dengan mudah, aku diterima di jurusan tersebut hanya dengan mengandalkan nilai rapot. Sebenarnya, aku kurang menyukai profesi guru, tetapi nasihat ibuku menjadi pertimbanganku. Aku tidak mau disebut sebagai anak yang tidak patuh kepada kedua orang tua.

Butuh waktu tiga setengah tahun menyelesaikan pendidikan di PTN tersebut, dan aku memutuskan untuk mengikuti seleksi PNS Guru Kimia. Kata ayah, ibu, dan kedua kakakku pasti aku pasti bisa lulus seleksi PNS dalam satu kali percobaan. Ternyata benar dugaan mereka, aku dinyatakan lulus menjadi CPNS Guru Kimia setelah mengalahkan ratusan pelamar yang bersaing memperebutkan kuota untuk tiga orang Guru Kimia. Alhamdulillah,  aku hanya butuh satu kali percobaan untuk lulus menjadi Guru PNS. Penempatanku pun tidaklah rumit, lokasi sekolah tempat tugasku masih berada di sekitar kota kecamatan.

Setelah kurang lebih lima tahun bekerja sebagai Guru PNS di sekolah menengah atas, kedua orang tuaku mulai memintaku untuk segera berumahtangga. mengingat usiaku sudah 27 tahun. Mencari seorang gadis idaman, tentu bukan hal sulit bagiku. Aku memliki banyak kenalan gadis yang  bisa aku pilih sesuai keinginanku. Akhirnya, aku memilih gadis impianku, seorang pengusaha butik yang dulu merupakan teman sekelasku sewaktu di SMA. Ia cantik, pintar, ramah, solehah, dan anak orang kaya.

Kami dikarunia dua orang anak perempuan yang lucu-lucu. Karena istriku adalah pemilik butik, ia memiliki fleksibilitas untuk mengasuh dan mendidik anak-anak kami dengan baik. Sementara, aku melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2, dan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan. Menurut kedua orang tuaku, ilmu tersebut dapat menjadi bekal untuk kelak menjadi seorang pimpinan sekolah (kepala sekolah). Qodarullah, aku mengikuti seleksi Calon Kepala Sekolah (Cakep) dan hasilnya, aku dinyatakan sebagai lulusan terbaik dari seluruh Cakep yang ada di provinsi Jawa Barat.

Sebagai kepala sekolah yang baru, aku ditempatkan di sekolah yang agak kecil dan penduduknya masih sedikit, sehingga berdampak pada jumlah siswa yang masuk ke sekolah. Namun, aku tetap bersyukur karena dalam kurun waktu yang tidak lama, aku mampu menjadi seorang kepala sekolah, sementara orang lain butuh waktu yang cukup lama. Kondisi bangunan sekolahnya perlu diperbaiki, antusiasme belajar siswa juga kurang, banyak siswa yang kesiangan,  beberapa guru bersikap acuh tak acuh terhadap masalah siswa, serta hubungan dengan masyarakat sekitar pun kurang kondusif. Mungkin inilah tantangan bagiku selaku kepala sekolah yang baru.

Dengan beberapa pendekatan ilmu serta pengalaman yang aku dapatkan, selama menjadi guru, dan tentunya aku memohon doa restu kepada kedua orang tua agar dimudahkan dalam menjalankan tugas ini, aku melaksanakan ibadah haji untuk yang kedua kalinya bersama istri. Hal tersebut menjadi peluang untuk  berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar aku dapat menjalankan tugas dan fungsiku dengan sebaik-baiknya. Sepertinya, semua doa-doaku dikabulkan Tuhan. Sepulangnya dari tanah suci, kondisi sekolahku menjadi lebih baik. Ada bantuan rehab kelas sebanyak lima ruangan, para siswa seakan menjadi takut dan segan padaku begitu pula yang terjadi dengan para guru, semuanya tunduk dan patuh pada kata-kataku.

Suatu hari, aku sedang berada di ruangan sendirian, tiba-tiba dadaku sesak dan rasanya engap. Nyaris aku tak bisa meminta pertolongan pada orang-orang di sekitarku. Aku dilarikan ke rumah sakit terdekat. Pikiranku melayang ke negeri yang jauh di sana. Terbayang kedua orang tuaku, kakak-kakakku, istriku tercinta, kedua anak kebanggaanku dan kursi yang tadi aku duduki.

Aku terbangun dan melihat ruangan yang gelap. Terdengar ada suara yang bertanya padaku. “Mengapa kamu bangun?” Aku balik bertanya, “Mengapa ruanganku gelap? Aku tidak bisa melihat apapun!” ada suara tawa yang aku dengar. “Ini bukan ruanganmu, wahai manusia!, ini alam kubur, dan kamu sudah mati!” jawab suara itu. Aku pun merinding ketakutan, namun aku berusaha tidak memperlihatkannya. Aku mencoba menguasai diri dan bertanya lagi. “Apakah benar aku sudah mati? Kalau begitu bawa aku menghadap kepada Tuhan, agar aku dapat memohon dan berdoa untuk menunda dulu kematianku!”

Aku dibawa ke suatu ruangan yang megah dan sangat indah. Kulihat ada suatu cahaya yang duduk di atas singgasana. Kemudian aku bertanya pada cahaya itu, “Apakah Engkau adalah Tuhanku, yang telah mematikan aku?”

“Ya, Aku Tuhan Penguasa Alam Semesta, Mengapa kamu ingin berjumpa dengan-Ku sebelum tiba saatnya?” jawab cahaya yang sangat menyilaukan mataku. “Tuhanku, aku memohon pada-Mu, agar menunda kematianku, karena masih ada banyak urusanku yang belum selesai di dunia!” pintaku sambil bersimpuh.

“Mengapa kamu sangat percaya diri jika permintaanmu akan di kabulkan?” pertanyaan pun dilontarkan kembali. “Aku sangat percaya sekali, bahwa Engkau Tuhanku, Engkau akan mengabulkan semua permohonan dan doa-doaku seperti halnya sewaktu di dunia! Kemungkinan aku adalah kekasih-Mu wahai Tuhanku!” jawabku kembali.

Kemudian, cahaya itu pergi meninggalkanku seorang diri, namun dengan suara yang sangat jelas ditelingaku, terdengar kata-kata, “Kau bukan kekasih-Ku, kau tidak spesial bagiku, karena kau bukan manusia pilihanku dan bukan manusia suci!”

Aku termangu seorang diri, memikirkan apa jawaban Tuhan yang terakhir. Ketika itu, seorang laki-laki yang tidak aku kenali menghampiri tempat dudukku.  Dia berbicara halus dan sopan, “Wahai sang aku lebih baik kamu ikut denganku ke surga dan menunggu orang yang menciptakanmu!”

Mendengar hal itu, aku terperanjat kaget, dalam hatiku, aku bertanya, “Bukankan aku diciptakan oleh Tuhan yang berbentuk cahaya tadi? Mana mungkin aku diciptakan oleh manusia lagi? Mungkin orang ini gila.” Laki-laki tersebut tersenyum simpul, seakan tahu apa yang aku pikirkan. “Dengarkanlah, wahai sang Aku, kamu tidaklah nyata. Semua keluargamu juga tidak nyata, termasuk anak istrimu pun adalah sebuah ilusi.”

            “Mengapa aku tak nyata? Aku hidup di dunia, bersama keluargaku, berjuang, berusaha, berdoa, dan bekerja. Apakah semuanya itu palsu? Dan kemanakah semua amal ibadahku sewaktu di dunia?” Aku semakin heran dan bingung. Kemudian, lelaki itupun berbicara lagi, “Daripada kamu berdebat denganku, lebih baik kamu nikmati saja ilusi ini, sampai tiba saatnya orang yang telah membuatmu ada, tapi bukan orang tuamu ataupun para leluhurmu! Serta ingatlah, semua amal ibadahmu adalah untuk dirimu sendiri!”

            Terasa peluhku membanjiri seluruh tubuhku, dan aku mencoba bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang telah membuatku ada, atau yang telah menciptakanku?”

Yang telah menciptakanmu adalah EAS. Dialah yang membuatmu ada dengan segenap sifat dan karakter yang utuh, sempurna sebagai manusia di muka bumi.”

            Sebelum aku berbicara lagi, lelaki itupun berkata sambil mendekatiku, “Kamu bukan kekasih Tuhan, karena kamu tidak diuji oleh Tuhan. Kamu hanya sosok ilusi dalam fiksi, dan cahaya tadi yang kamu temui bukan Tuhan, melainkan persepsimu sebagai Tuhan. Karena sesungguhnya Tuhan tidak bisa kamu jangkau dan kamu raih berbekal sebuah ilusi.”

“Bolehkah aku bertanya satu pertanyaan lagi?” pintaku pada lelaki itu yang hendak beranjak dariku. “Silakan saja, mungpung masih ada waktu.” jawabnya tegas sambil menatap mataku. “Dimanakah sekarang orang yang telah menciptakanku itu?”

            Orang yang telah menciptakanmu itu adalah manusia nyata, yang kini masih hidup di dunia. Dia menciptakan sosok ideal sepertimu, yang sejatinya tidak pernah nyata adanya. Dia masih menerima berbagai macam ujian dan cobaan hidup dari Tuhan YME, untuk membuktikan ketaatan dan kepatuhannya. Dia menciptakanmu bertujuan untuk menghibur diri dan orang banyak, dikala duka sedang melanda hati. Namun, ketika saatnya tiba, dia akan datang ke sini, dan sosok “aku” akan masuk ke dalam imajinasinya, serta sirna seperti fatamorgana di padang pasir. Dia yang akan menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan dirimu. (EAS).

Kamis, 23 Januari 2025

Sang Mantan

 


https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/09/080553220/terkadang-cinta-sejati-dalam-hidup-adalah-sang-mantan?page=all

Jika mendengar kata mantan, saya selalu teringat dengan sebuah judul lagu yang dahulu dipopulerkan oleh Giring Nidji. Judulnya adalah Akulah Sang Mantan. Untuk sekadar mengingatkan, saya tuliskan sebagian lirik lagunya di bawah ini.

Sang Mantan


Dulu aku kau puja

Dulu aku kau sayang

Dulu aku sang juara

Yang s’lalu engkau cinta

 

Kini roda telah berputar

Kini aku kau hina

Kini aku kau buang

Jauh dari hidupmu

Kini aku sengsara

Roda memang telah berputar

….

Menurut sumber yang saya temukan, kata "mantan" diperkenalkan oleh Ahmad Bastari Suan di majalah Pembinaan Bahasa Indonesia tahun 1984. Kata "mantan" diperkenalkan sebagai pengganti kata "bekas", yang dianggap kurang sopan untuk orang yang dihormati atau pernah menduduki jabatan mulia. 

Mari kita memahami beberapa arti kata “Mantan”

1.     Liputan6.com, Jakarta. Mantan adalah salah satu kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Banyak orang mengaitkan kata ini dengan makna "bekas pacar" atau "bekas pasangan". Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa arti mantan dalam konteks ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, sebenarnya makna mantan lebih luas daripada sekadar itu.

2.     Secara Bahasa, kata “mantan” bermakna seseorang atau sesuatu yang pernah memiliki hubungan, kedudukan, atau situasi tertentu, namun telah berakhir atau tidak lagi ada. Dalam konteks hubungan pribadi, mantan sering digunakan untuk menyebut seseorang yang pernah menjadi pasangan romantis atau pacar di masa lalu.

3.     Menurut Wikipedia, kata "mantan" adalah istilah yang merujuk pada sesuatu yang sebelumnya pernah ada, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. 

4.     Menurut Filsafat kata “mantan” tidak memiliki arti khusus, tetapi kata ini dapat digunakan untuk menggambarkan seseorang yang pernah memiliki status tertentu, namun sekarang sudah tidak lagi.

5.     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "mantan" berarti bekas atau sesuatu yang telah berubah statusnya. Kata "mantan" bisa digunakan untuk menyebut orang, jabatan, atau posisi yang pernah dimiliki seseorang.

Merujuk pada beberapa definisi tersebut, saya memiliki arti tersendiri untuk kata “mantan”. Mantan adalah segala sesuatu, baik itu seseorang, benda, fungsi dan kedudukan, yang dulu pernah kita miliki, dan saat ini bukan lagi milik kita.

Namun, banyak orang yang membatasi pemaknaan dari kata “mantan” itu sendiri. Artinya jadi semakin sempit, yaitu hanya  berkaitan dengan hubungan asmara. Padahal dalam kamus, mantan juga dapat merujuk pada sesuatu yang telah berubah atau berakhir, seperti mantan pegawai, mantan presiden, atau mantan kepala sekolah. Dengan demikian, pemahaman kita harus diperbarui bahwa makna “mantan” tidak hanya terbatas pada bidang cinta, tetapi juga dapat mencakup berbagai aspek kehidupan lainnya.

Mantan dapat berarti orang yang pernah memiliki hubungan khusus di masa lalu, baik dalam pernikahan maupun pacarana, misalnya “Dia adalah mantan pacarku yang sekarang telah menikah,” atau “Dia adalah mantan istriku.” Dua kalimat ini menggambarkan bahwa kata mantan berhubungan dengan kisah asmara sepasang kekasih atau suami istri.

Ada juga, mantan yang merujuk pada bekas jabatan atau posisi yang pernah diemban oleh seseorang. Arti ini sering digunakan dalam dunia politik atau organisasi. Contohnya, "Dia adalah mantan presiden yang memiliki pengaruh besar dalam negara ini." atau “Saya adalah mantan wakasek di suatu sekolah negeri.”

Selain itu, mantan juga dapat merujuk pada sesuatu yang telah berubah atau tidak menyandang status sebelumnya. Misalnya, "Dia adalah mantan pelaku kriminal yang sekarang telah menjadi anggota penegak hukum," atau “Dia adalah mantan wanita penghibur”.

Sedangkan kata "bekas" merujuk pada sesuatu yang telah digunakan atau dimiliki sebelumnya. Istilah ini lebih sering digunakan dalam konteks barang atau benda. Misalnya, "mobil bekas" merujuk pada mobil yang telah digunakan oleh orang lain sebelumnya. Istilah ini memiliki makna yang lebih luas dan dapat mengacu pada segala jenis barang atau benda yang memiliki sejarah pemakaian sebelumnya.

Ada satu istilah yang kita kenal untuk membedakan  kata “mantan” dan “bekas” ini, yang istilah  ameliorasi. Ameliorasi kata adalah proses mengubah atau meningkatkan makna suatu kata dari bentuk yang kurang sopan atau kurang terhormat menjadi lebih bermartabat. Salah satu contohnya adalah ameliorasi kata "bekas" yang berubah menjadi "mantan". Kata “mantan” adalah bentuk Ameliorasi dari kata “bekas.”

Dalam konteks tersebut, ameliorasi kata menjadi penting untuk menjaga kesantunan dan penghargaan terhadap individu yang dipertimbangkan. Penggunaan kata "mantan" memperlihatkan kelas dan kesopanan yang lebih tinggi, menjadikannya pilihan yang lebih pantas. Dengan menggantikan kata "bekas" dengan "mantan", kita menunjukkan hormat terhadap orang atau sesuatu yang pernah memiliki peran penting atau dihormati. Dalam hal ini, ameliorasi kata menjadi pola bahasa yang memperkuat nilai-nilai kesopanan dan pentingnya penghormatan terhadap orang lain. Untuk mempertegas, kata “mantan” menunjukan seseorang (manusia), sedangkan kata “bekas” menunjukan suatu benda.

Kesimpulannya, penggunaan kata "mantan" dan "bekas" tergantung pada konteksnya. Kata "mantan" digunakan untuk menggambarkan hubungan asmara yang telah berakhir, sementara kata "bekas" lebih umum digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang telah usai atau tidak digunakan lagi. Sebagai manusia yang mengetahui sopan santun yang baik, kita harus bijak memilih situasi dan kondisi  dalam menggunakan kata “mantan” atau kata “bekass”. Sebab, apabila kita tidak dapat memilih konteks yang tepat, hal itu akan menimbulkan perdebatan serta percekcokan yang tidak perlu terjadi.

Memang pada kenyataannya, setiap orang merasa risih apabila disebut mantan. Mengapa demikian? Karena definisi kata “mantan” inilah yang banyak konotasinya. Seringkali orang memahami makna kata “mantan” hanya sebatas hubungan asmara yang sudah berakhir.

Hati terasa sakit dan merana apabila kita sudah dianggap sebagai mantan, termasuk juga mantan dalam arti yang luas, seperti mantan pejabat, mantan koruptor, mantan suami, dan mantan-mantan lainnya. Seakan dunia kiamat bila kita sudah dicap sebagai mantan yang tidak bisa move on, sementara “lawan mantan” tersebut sudah mempunyai kehidupan baru..

Dari pemikiran anak remaja, khususnya remaja akhir (usia anak SMA), sudah pasti kata “mantan” mengarah pada satu kisah asmara yang berakhir pilu, dan itu tidak dapat dipungkiri. Bagaimana dengan pemikiran gurunya? Mungkin pemikiran guru yang moderat akan menafsirkan kata “mantan” dalam pemahaman yang lebih umum dibandingkan dengan pemahaman para muridnya. Namun, untuk para guru muda, belum tentu pemikirannya sudah seumum kami, para orang tua. Sebab ilmu dan pengalamanlah  yang akan membedakan konsep serta pemahaman masing-masing tentang arti kata “mantan”.

Apa yang terjadi ketika kita harus bertemu dengan mantan? Menurut saya, jawabannya adalah menghindari sikap yang mencari perhatian. Artinya, sebagai mantan dalam konteks apapun, bersikaplah biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa di masa lalu. Jika kita memperlihatkan sikap yang arogan atau merajuk, hal itu justru memicu reaksi yang tidak diinginkan. Bersikaplah sewajarnya, apa adanya, tetap ramah dan tersenyum, seakan tidak pernah terjadi pertentangan. Sikap ini akan lebih baik untuk kesehatan diri kita, termasuk kesehatan mental spiritual, serta memudahkan kita dalam menerima kenyataan yang telah terjadi.

Tulisan ini saya akhiri dengan kata bijak: “Pada suatu saat, kita akan kembali menjadi orang asing bagi orang-orang tertentu, karena situasi dan kondisi yang telah berubah.” Dunia ini fana dan sementara saja, tidak perlu terlalu memikirkan hal-hal yang melekat pada diri kita. Sebab, pada akhirnya, kita akan kembali ke haribaan Sang Khalik untuk mempertangungjawabkan segala perbuatan diri sendiri. (EAS)

Selasa, 21 Januari 2025

Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia

                                     

https://bpmpriau.kemdikbud.go.id/2024/12/16/7-kebiasaan-anak-indonesia-hebat/

Menurut salah satu sumber yang saya temukan, Indonesia saat ini sedang berupaya mengejar ketertinggalan dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Faktanya, peringkat sistem pendidikan Indonesia menurut World Population Review 2023 masih di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Meskipun demikian, pemerintah terus membenahi kualitas pendidikan dan pengajaran, baik dari segi kognitif, mengembangkan pendidikan vokasi, dan pendidikan karakter. (Indonesia. Co.id).

Untuk mengejar ketertinggalan, negara Indonesia harus berupaya lebih keras dalam menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas bagi generasi penerus bangsa. Upaya ini perlu dilakukan secara menyeluruh, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah atas. Pemerintah juga perlu mengkaji ulang kurikulum dan pendekatan akademik di lembaga-lembaga  pendidikan formal maupun nonformal yang ada di Indonesia.

Setelah dilakukan pengkajian ulang, alangkah baiknya jika  sistem pendidikan yang telah dijalankan dievaluasi secara menyeluruh. Hal ini mencakup peninjauan terhadap kelebihan dan kelemahan yang ada. Kelebihan yang dimiliki perlu diperkuat, sementara kelemahan yang ditemukan harus segera diperbaiki. Tidak semua pendekatan lama perlu dihilangkan; cukup dilakukan perbaikan dan refleksi untuk menentukan bagian mana yang memerlukan penguatan dan mana yang harus dihapus.

Seperti yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka pada tahun-tahun sebelumnya, pendidikan karakter anak sangat difokuskan melalui kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Namun, sayangnya, P5 ini seringkali hanya berhenti pada tahap evaluasi dan panen karya saja. Dengan kata lain, implementasinya dalam kehidupan sehari-hari anak belum optimal. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan utama dari program P5 masih jauh dari harapan pemerintah, karena penerapannya terbatas pada projek semata. Karakter yang diharapakn terbentuk melalui P5 ini belum sepenuhnya terwujud. Mungkin inilah salah satu kelemahan dari program P5 dalam Kurikulum Merdeka yang perlu diperbaiki bersama.

Pendidikan karakter menjadi syarat utama dalam menciptakan generasi unggul di masa depan. Era disrupsi teknologi dan pasar bebas mendorong setiap bangsa memperkuat jati dirinya. Seperti yang pernah disampaikan oleh tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara beberapa decade yang lalu, “Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.”

Dalam upaya memperbaiki Program Merdeka Belajar melalui P5 sebagai langkah membentuk karakter anak Indonesia yang cerdas, berjiwa nasionalis, tangguh, dan taat beragama, pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menetapkan visi program unggulan mereka dalam Asta Cita ke-4. Visi tersebut mencakup memperkuat pembangunan sumber daya manusia, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.

Dari visi tersebut, dibuatlah agenda pendidikan nasional yang kini difokuskan melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisainstek). Basis pendidikan karakter memang harus dimulai sejak dini, mulai dari  pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga jenjang sekolah menengah atas. Hal ini harus dilaksanakan dengan sunguh-sungguh, berkelanjutan, dan didukung oleh pemangku kebijakan pendidikan dari pusat hingga daerah, para guru  dan orang tua murid, masyarakat sekolah, serta masyarakat luas pada umumnya.

Sebuah pemikiran yang inisiatif dan strategis digulirkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian ini secara resmi meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat di Jakarta, pada Jumat (27/12/2024). Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan kebiasaan positif yang dapat membentuk karakter anak-anak Indonesia agar menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul.

Peluncuran Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat menjadi tonggak penting dalam upaya menciptakan generasi emas Indonesia menjelang tahun 2045. Gerakan tujuh kebiasaan ini merupakan program unggulan pemerintah dalam bidang pendidikan sebagai langkah untuk memperbaiki kelemahan pada program pendidikan sebelumnya. Gerakan ini berfokus pada tujuh kebiasaan utama yang diharapkan dapat diinternalisasi oleh anak-anak sejak dini, yaitu Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat.  

Saya mengutip dari cerdasberkarakter.kemendikbud.id mengenai fungsi dan tujuan dari tujuh kebiasaan anak hebat, yaitu sebagai berikut:

1.     Bagun Pagi

Bangun pagi adalah kebiasaan yang dilakukan dengan bangun di pagi hari. Jika dilakukan setiap hari, kebiasaan ini akan memberikan manfaat, diantaranya melatih kedisiplinan, meningkatkan kemampuan mengelola waktu, meningkatkan kemampuan mengendalikan diri, meningkatkan keseimbangan jiwa dan raga yang dapat berkontribusi pada kesuksesan seseorang.

2.     Beribadah

Kebiasaan beribadah merupakan fondasi penting dalam pembentukan karakter positif pada anak. Manfaatnya meliputi mendekatkan hubungan individu dengan Tuhan, meningkatkan nilai-nilai etika, moral, spiritual, dan sosial, serta meningkatkan pemahaman tujuan hidup dan arah yang bermakna. Selain itu, kebiasaan ini juga meningkatkan kebersamaan, solidaritas, dan mendukung peningkatan diri secara berkelanjutan.

3.     Berolahraga

Kebiasaan berolahraga adalah bagian penting dari gaya hidup sehat. Kebiasaan ini, bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik, mendukung kesehatan mental, menjaga kebugaran tubuh, meningkatkan potensi diri, serta meningkatkan nilai sportivitas.

4.     Makan Sehat dan Bergizi

Kebiasaan makan sehat dan bergizi berkaitan dengan prinsip dan nilai tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh untuk mendukung kehidupan yang sehat, seimbang, dan bermakna. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik sebagai investasi jangka panjang, memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran, dan menjaga tubuh tetap sehat sebagai tanggung jawab individu, serta meningkatkan kemandirian.

5.     Gemar Belajar

Kebiasaan gemar belajar sangat penting dalam perkembangan pribadi dan akademis. Manfaat kebiasaan ini adalah untuk mengembangkan diri, menumbuhkan kreativitas dan imajinasi, menemukan kebenaran dan pengetahuan, serta membentuk kerendahan hati dan rasa empati.

6.     Bermasyarakat

Kebiasaan bermasyarakat adalah perilaku terlibat dalam kegiatan sosial, budaya, atau lingkungan di komunitas tempat tinggal seseorang. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menumbuhkembangkan nilai gotong royong, kerja sama, saling menghormati, toleransi, keadilan, dan kesetaraan. Selain itu, kebiasaan ini juga meningkatkan tanggung jawab terhadap lingkungan, serta rasa kebersamaan dan menciptakan kegembiraan.

7.     Tidur Cepat

Tidur cepat adalah kebiasaan tidur tepat waktu di malam hari sesuai dengan kebutuhan usia anak agar dapat bangun pagi dengan segar. Kebiasaan tidur cepat ini dipengaruhi waktu ideal yang dibutuhkan anak untuk beristirahat.

            Melalui implementasi kebiasaan-kebiasaan ini, Kemendikdasmen memastikan anak-anak Indonesia tidak hanya unggul dalam aspek akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, kepedulian sosial, serta tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.

Untuk mendukung program tersebut, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian telah menandatangani surat edaran untuk mendorong ruang bermain bersama di lingkungan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak sepulang sekolah dapat berkumpul bersama dan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya. Program ini juga bertujuan untuk menghidupkan kembali tradisi yang penuh kearifan dan keguyuban masyarakat, yang mulai memudar seiring dengan maraknya penggunaan gawai dan internet di kalangan generasi muda.

            Saya, selaku orang tua siswa dan guru di sekolah, sangat mendukung program Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia yang dicanangkan oleh pemerintah. Harapan saya, serta masyarakat pada umumnya, adalah kelancaran pelaksanaan program ini secara serentak di lapangan dan berkelanjutan. Selain itu, saya juga berharap adanya proses evaluasi dan refleksi terhadap program ini, agar  segala kelebihan dan kelemahan dapat terpantau dengan baik dan diperbaiki menuju arah yang lebih baik dan optimal. Semoga dengan program ini,  kita dapat mencapai tujuan Indonesia Emas pada tahun 2045. Aamiin Yaa Rabbal’Alamin. (EAS).

Senin, 20 Januari 2025

Hypatia Of Alexandria

 

https://www.instagram.com/natgeoindonesia/reel/Czaa1apIRPh/?next=FkultursebihaF&hl=zh

Satu nama yang akan saya angkat dalam tulisan kali ini adalah Hypatia Of Alexandria. Mengapa saya tertarik dengan nama ini? Mari kita telusuri lebih jauh sosok luar biasa di balik nama tersebut.

Saya telah mencari beberapa referensi dan sumber terkait nama Hypatia of Alexandria (Hypatia dari Alexandria). Seperti biasa, saya tidak akan mengkaji secara mendalam ilmu-ilmu yang di ajarkan oleh beliau dalam tulisan ini. Sebaliknya, saya lebih fokus pada hikmah-hikmah dang pesan-pesan umum yang ditinggalkan oleh Hypatia.

Hypatia dari Alekxandria lahir sekitar tahun 350-415 M Mesir. Ayahnya bernama Theon, adalah seorang matematikawan dan astronom terkenal pada masanya. Hypatia belajar matematika, astronomi, dan filsafat dari ayahnya. Ia juga mempelajari filsafat Plato dan Aristoteles. Selain belajar dari ayahnya, Hypatia juga berguru kepada beberapa tokoh ternama lainnya, yaitu: Eutocius dari Ascalon (matematika), Hierocles dari Alexandria (filsafat), Plutarkhos dari Athena (filsafat), dan Isidorus dari Alexandria (filsafat dan matematika).

Hypatia dari Alexandria adalah seorang matematikawan, astronom, dan filsuf Yunani Kuno yang hidup di Alexandria, Mesir. Ia merupakan salah satu tokoh perempuan terkemuka dalam sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat kuno. Hypatia menjadi profesor matematika dan filsafat di Sekolah Museum Alexandria, salah satu pusat ilmu pengetahuan terkemuka pada masa itu.

Hypatia dikenal karena kontribusinya dalam bidang matematika, astronomi, filsafat, dan ilmu pengetahuan lainnya. Beberapa pencapaiannya antara lain:

1.     Matematika: ia menulis komentar tentang karya Diophantus dan Apollonius dari Perga.

2.     Astronomi: ia membuat perhitungan astronomi dan memperbarui karya Ptolemaeus.

3.     Filsafat: ia mengembangkan pemikiran filsafat Plato dan Aristoteles.

4.     Ilmu Sains: ia membuat Astrolabe, Planeshere (peta bintang/langit), Hydroscope (alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis).

Namun di akhir hidupnya, Hypatia harus menghadapi eksekusi tragis yang dilakukan oleh pemerintahan setempat. Ia meninggal pada tahun 415 M, dibunuh oleh sekelompok orang Kristen yang dipimpin oleh Patriark Cyril dari Alexandria. Kematian Hypatia menandai akhir dari zaman keemasan ilmu pengetahuan dan filsafat di Alexandria.

Ada banyak tuduhan yang menyebabkan Hypatia dieksekusi. Beberapa  di antaranya adalah: (1) mempertanyakan keimanan agama formal; (2) mengkaji female goddesses (paganism); (3) pandangan-pandangan Neo-Platonik; (4) pemikirannya dalam memandang kedudukan tatasurya yang heliosentris; (5) dianggap sebagai wanita tukang sihir.

Tuduhan-tuduhan  tersebut dihembuskan oleh Pendeta Patriark Cyril. Pada masa itu, agama Kristen telah menjadi agama resmi pemerintahan yang wajib diikuti oleh seluruh rakyat. Agama-agama lain dianggap sebagai aliran sesat dan diberantas.

Hypatia adalah seorang wanita yang sangat pintar dan cantik. Konon, kepintarannya  melampaui kepintaran ayahnya dalam bidang matematika, fislafat, dan astronomi. Ia memiliki banyak murid terutama murid laki-laki. Perkuliahannya selalu dipenuhi oleh orang-orang yang datang dari pelosok negeri untuk belajar darinya, baik yang beragama Pagans, maupun agama Kristen.

Karena kecantikannya, beberapa muridnya dikabarkan jatuh cinta kepadanya. Namun, Hypatia mengabaikan semua perasaan itu, karena cintanya sepenuhnya dicurahkan pada ilmu pengetahuan dan kepada Tuhannya. Ada mantan murid yang kemudian berbalik memusuhinya, tetapi banyak pula yang tetap menghormati dan mengaguminya.

Hari-hari Hypatia dihabiskan untuk berbagai penelitian ilmiah dan semua hasil penelitiannya disimpan di Sekolah Museum Alexandria. Ada juga sumber yang menyebutkan bahwa Hypatia juga sangat mumpuni dalam bidang sastra dan musik. Kepintarannya sungguh luar biasa, bahkan mampu melampaui banyak laki-laki di masanya. Hypatia begitu pintar hingga mampu menghubungkan  dalil Pythagoras dengan hal-hal spiritual yang berkaitan dengan ke-Tuhanan. Namun, justru inilah yang menjadi malapetaka baginya. Tuduhan sebagai wanita tukang sihir pun dilontarkan kepadanya, karena dianggap tidak sejalan dengan kepercayaan yang dominan pada waktu itu..

Berawal dari kepintaran Hypatia yang melampaui banyak kaum laki-laki, namanya pun melambung tinggi. Namun, hal ini yang memicu rasa iri dan dengki dari Pendeta Cyril, seorang guru agama di kota Alexandria. Pendeta Cyril mengeluarkan fatwa sesat terhadap Hypatia, melarangnya untuk mengajar, dan memerintahkannya untuk menghentikan penelitian di berbagai bidang ilmu.

Akhirnya, pada tahun 415 M, Hypatia ditangkap oleh sekelompok orang suruhan Pendeta Cyril. Ia diseret dan disiksa sepanjang jalan. lalu  dibawa ke sebuah pendopo. Di sana, Hypatia dibunuh secara keji dengan cara dimutilasi, dan mayatnya dibakar untuk “menghapus” semua ilmu sihir yang dituduhkan padanya.

 Yang menjadi pertanyaan adalah,  mengapa tidak ada satu orang pun yang menolong Hypatia? Mungkin masyarakat pada saat itu merasa ketakutan terhadap sekelompok orang yang menangkap dan menyeretnya. Kelompok tersebut adalah para suruhan pendeta Cyril, yang berkuasa besar atas kehidupan beragama di kota Alexandria.

Dari kisah Hypatia, kita dapat mengambil hikmah bahwa kecantikan dan kepintaran seseorang tidak selalu menjamin kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Buktinya, Hypatia wanita yang sangat pintar, sangat cantik, sangat feminim, memiliki banyak murid, dan  lahir dari keluarga terpandang. Namun, semua itu justru berujung dengan malapetaka di akhir kehidupannya.

Saya kutip beberapa quotes dari Hypatia sebagai pesan moral yang wajib di sampaikan kepada seluruh dunia.

1.     “Reserve your right to think, for even to think wrongly is better than not to think at all.”

(Pertahankan hakmu untuk berpikir, karena bahkan berpikir dengan cara yang salah lebih baik daripada tidak berpikir sama sekali.)

2.     “All formal dogmatic religions are fallacious and must never be accepted by self-respecting persons as final.”

(Semua agama dogmatis itu keliru dan tidak boleh diterima begitu saja oleh orang-orang yang menghargai dirinya sebagai kebenaran yang mutlak.)

3.     “To rule by fettering the mind through fear of punishment in another world is just as base as to use force.”

(Menguasai dengan membelenggu pikiran melalui rasa takut akan hukuman di dunia lain sama rendahnya dengan menggunakan kekerasan.)

4.     “Life is an unfoldment, and the further we travel the more truth we can comprehend. To understand the things that are at our door is the best preparation for understanding those that lie beyond.”

(Hidup adalah sebuah perkembangan, dan semakin jauh kita berjalan, semakin banyak kebenaran yang bisa kita pahami. Memahami hal-hal yang ada di depan kita adalah persiapan terbaik untuk memahami yang ada di luar sana.)

            Itulah beberapa quotes dari Hypatia yang menginspirasi dunia untuk berpikir dan merenungkan berbagai kejadian yang terjadi di muka bumi ini. Terlepas dari apakah kita sepenuhnya memahami atau tidak arah narasi Hypatia yang sebenarnya, pesan-pesannya tetap mengajak kita untuk terus mencari kebenaran dan merenungi makna kehidupan.

          Kematian Hypatia menandai berakhirnya zaman keemasan ilmu pengetahuan dan filsafat di Alexandria. Setelah eksekusi kepada Hypatia, muncul eksekusi-eksekusi lainnya yang menimpa para ilmuwan yang hidup setelahnya. Hypatia dianggap sebagai salah satu tokoh perempuan terpenting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia juga menjadi simbol perjuangan intelektual melawan dogma. Kisah hidupnya telah diabadikan dalam berbagai karya seni dan sastra, menjadikannya inspirasi yang abadi bagi banyak generasi.

           Sebagai seorang wanita, saya patut bersyukur karena tidak dianugerahi kecantikan dan kepintaran yang luar biasa seperti Hypatia. Sebab, segala sesuatu yang bermakna “terlalu” baik itu kecantikan maupun kepintaran  ternyata dapat membawa kepahitan dan penderitaan dalam hidup.

Bagi para pembaca yang masih penasaran dengan keseluruhan hidup Hypatia, Anda dapat mencari referensi lebih lengkap untuk mengetahui atau mempelajari ajaran-ajaran yang pernah di ajarkannya. Kisah hidup Hypatia juga telah diadaptasi ke dalam sebuah film pada tahun 2009 dengan judul “AGORA”. Meskipun film ini banyak mengandung unsur fiksi dan hanya menggambarkan sebagian kecil kehidupannya, setidaknya AGORA dapat memberikan gambaran tentang kehidupan di masa Hypatia, khususnya di kota Alexandria. (EAS).


SURAT CINTA FILSUF

  https://id.pngtree.com/free-backgrounds-photos/surat-cinta-pictures                Cinta adalah anugerah   terindah yang diberikan oleh Sa...